Laut Bercerita

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Laut Bercerita
Ilustrasi demo mahasiswa: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - “Matilah engkau mati.. Kau akan lahir berkali-kali…”

Pembunuhan politik untuk membungkam suara kritis dilakukan oleh rezim-rezim otoriter yang takut oleh gerakan rakyat yang mengancam kekuasaannya.

Dalam setiap kekuasaan akan selalu ada kisah mengenai jiwa-jiwa pemberani yang tidak takut kehilangan nyawa. Mereka kemudian mati menjadi martir yang membuka jalan bagi jatuhnya sebuah rezim otoriter.

Mereka dikenang sebagai pahlawan seperti yang terjadi kepada Arif Rahman Hakim, mahasiswa Universitas Indonesia yang ditembak mati dalam demonstrasi menentang Orde Lama pada 1966.

Kematian Arif memicu demonstrasi yang lebih besar yang membawa akibat kejatuhan rezim. Arif kemudian digelari sebagai Pahlawan Ampera, amanat penderitaan rakyat.

Benigno Aquino di Filipina ditembak mati atas perintah Presiden Marcos pada 1983 sesaat ketika menuruni pesawat terbang dari pengasingannya di Amerika Serikat.

Aquino menjadi martir yang menyulut people power yang kemudian bisa merobohkan kekuasaan diktatorial Marcos yang sudah bercokol lebih dari 20 tahun.

Nama-nama mereka dikenang dan dikenal. Akan tetapi banyak juga yang tidak dikenal dan tidak dikenang, atau sengaja dilupakan.

Kisah nyata para korban penculikan dan penghilangan paksa itu diceritakan oleh wartawan dan novelis Leila S. Chudori dalam novel Laut Bercerita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News