Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk

Kisah Pahlawan yang Wafat di Usia Muda

Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk
Seorang bocah membawa Bendera Merah Putih di Sungai Kalianyar, Solo, Kamis, 17 Agustus 2017. Ilustrasi Foto: Arief Budiman/Radar Solo/JPNN.com

jpnn.com - Bagi masyarakat Riau, terutama Kampar, nama Mahmoed Marzuki barangkali tak asing lagi. Perjuangannya di masa penjajahan, tercatat di dalam sejarah.

Jasanya dalam merebut kemerdekaan di usia muda sudah sangat di kenal. Kalau pada akhirnya dia diusulkan sebagai Pahlawan Nasional, sudah sesuatu hal yang wajar.

Laporan: SARIDAL MAIJAR, Bangkinang Kota

Mahmoed Marzuki lahir di Kampar, tahun 1911. Dia wafat pada usia 35 tahun, tepatnya pada tahun 1946. Usia yang masih muda.

Meski banyak jasanya dalam mengusir penjajah, namun hanya seatahun dia bisa menikmati kemerdekaan.

Kini jasadnya dimakamkan di Kecamatan Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar. Makamnya berada di lingkungan Pondok Pesantren Mualimin Muhammadyah, Desa Kumantan. Pesantren yang didirikannya semasa hidup.

Abdul Latif Hasyim merupakan salah seorang tim peneliti sejarah perjuangan Mahmoed Marzuki ini. Dia paham kisah perjuangan Mahmoed Marzuki.

"Kita harus bangga punya pahlawan seperti ini. Almarhum sangat pantas diangkat sebagai Pahlawan Nasional," ujarnya kepada Riau Pos (Jawa Pos Group) di Bangkinang Kota, Jumat (27/10).

Di Riau, Kampar khususnya, Mahmoed Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya ada juga yang tergabung dalam Harimau Kampar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News