Makar! Makar!

Makar! Makar!
Monumen Makar Pieter Eberfeld di Kampung Pecah Kulit. Monumen bersejarah yang kini menghuni Museum Prasasti Jakarta. Foto: Badan Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta.

jpnn.com - BUKAN di musim yang ini saja, “makar” pernah menjadi topik hangat di Batavia—Jakarta tempo doeloe. 

Menjelang Tahun Baru 1722, Pieter Erberfeld yang acap mengkritisi penguasa beserta sejumlah pengikutnya ditangkap aparat pemerintah Hindia Belanda. Tuduhannya; makar. 

“Dalam berita acara pengadilan disebutkan mereka akan melakukan makar pada malam 1 Januari 1722 saat pesta menyambut tahun baru,” tulis Alwi Shahab dalam Robinhood Betawi: Kisah Betawi Tempo Doeloe.

Collage van Heemradeen Schepenen atau Dewan Pejabat Tinggi Negara mengganjar Pieter cs  hukuman mati. 

Untuk menakut-nakuti rakyat, sekaligus menimbulkan efek jera, eksekusi dilakukan dengan cara yang tidak biasa di tanah lapang sebelah Selatan Balaikota Batavia.

Mereka disalib. Kedua tangan dipotong. Lalu jantungnya dicongkel, dilemparkan ke wajah masing-masing. 

Versi lain menyebut, tubuh orang-orang yang dituduh makar itu diikatkan pada empat kuda. Masing-masing kuda berdiri menghadap empat penjuru mata angin. 

Dengan satu aba-aba, kuda-kuda itu berlari kencang ke arah berlawanan. Pecahlah tubuh si tertuduh. Lokasi itu kini disebut Kampung Pecah Kulit, sekitar kawasan Jalan Pangeran Jayakarta.

BUKAN di musim yang ini saja, “makar” pernah menjadi topik hangat di Batavia—Jakarta tempo doeloe.  Menjelang Tahun Baru 1722,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News