Makin Ruwet, Brexit Berubah Jadi Brexitanic

Makin Ruwet, Brexit Berubah Jadi Brexitanic
Warga pro-Uni Eropa saat aksi demonstrasi menuntut referendum ulang Brexit di London, Foto: Reuters

jpnn.com, LONDON - Sidang pada awal April di Istana Westminster, Inggris, berjalan penuh warna. Di luar ruang sidang Majelis Rendah, belasan orang melucuti pakaian untuk memprotes parlemen terkait Brexitanic. Kata tersebut adalah gabungan dari British-exit-Titanic. Itu merujuk kepada kapal Titanic, kebanggaan Inggris pada masa silam, yang akhirnya tenggelam.

Dalam ruang sidang, banyak ekspresi kalut dari para legislator. ''Saya tidak bisa lagi menjadi anggota partai ini (Partai Konservatif, Red),'' ujar Nick Boles, salah seorang legislator, menurut AFP. Malam itu, Senin (1/4) suara Boles bergetar.

Dia merasa dikhianati rekan satu partai sendiri. Pasalnya, proposalnya, Common Market 2.0, gagal lolos. Mosi tersebut ingin meniru Norwegia sebagai negara non-Uni Eropa, namun tetap bergabung dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa.

Yang lebih menyakitkan Boles, di antara 282 suara yang menolak proposalnya, 228 suara datang dari anggota Konservatif. ''Saya sudah memberikan segalanya untuk mencari kompromi. Tetapi, saya gagal karena partai saya menolak kompromi itu,'' ucapnya.

Tak lama setelah itu dia mengambil dokumennya dan keluar ruangan. Sebagian anggota dewan berseru-seru. ''Jangan pergi, Nick!'' Sedangkan yang lain memberikan aplaus.

Emosi Boles mungkin serupa dengan sebagian anggota Majelis Rendah dewasa ini. Tak ada kompromi yang ditemukan terkait pelaksanaan Brexit. Pekan lalu mereka menguji delapan proposal alternatif selain milik Perdana Menteri Inggris Theresa May. Hasilnya, semua ditolak.

BACA JUGA: Tiga Kali Gagal, May Ajukan Proposal Brexit Lagi

Senin lalu proposal itu dirampingkan hanya menjadi empat. Namun, tetap tak ada yang lolos. Yang paling ''lumayan'' adalah proposal yang diajukan veteran Konservatif Kenneth Clarke. Usul untuk menetapkan serikat bea cukai antardua kubu tersebut kalah dengan selisih hanya tiga suara.

Sidang pada awal April di Istana Westminster, Inggris, berjalan penuh warna. Brexit pun kini disebut Brexitanic

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News