Mandi Air Masin, Ritual Lawas Orang Laut

Mandi Air Masin, Ritual Lawas Orang Laut
Ujung Tanjung, Tanjung Jabung Timur, Jambi terlihat dari Laut Cina Selatan. Foto: Wenri Wanhar/JPNN

Yakni, wadah pedupaan. Biasanya berbahan kuningan atau besi. Bentuk dan warna wadahnya bebas. Tidak ada aturan mengikat. Dalam wadah pedupaan diisi arang untuk bara api.

Kemenyan putih yang telah dipecah-pecah. Fungsinya sebagai alat pengharum dan pemanggil roh yang akan diajak berkomunikasi oleh sang dukun.

Berteh atau padi goring satu gantang. Beras kunyit secukupnya, dan beras basuh (beras yang telah direndam dengan air) sekira satu genggam.

Sesudah itu, ritual pemeriksaan segera dimulai. Dukun menyalakan pedupaan. Memberi kemenyan. Asap mengepul. Mantra dirapal. Ia berkomunikasi dengan leluhur.

Dukun menaburkan beras kunyit dan beras basuh di tubuh si sakit. Mengasapinya dengan asap kemenyan.

“Beras kunyit dan beras basuh, bahan sesaji persembahan kepada leluhur. Maksudnya untuk mengetahui leluhur si sakit. Dari proses tersebut si dukun mengetahui apakah si sakit menderita penyakit itu karena lupa nenek moyang, sehingga perlu diadakan ritual Mandi Air Masin atau tidak,” tutur tetua adat.

Biasanya, menurut tetua adat, Mandi Air Masin dilakukan untuk orang yang sakit karena tidak mengindahkan sejarah. Keturunan. Alias lupa nenek moyang.

Bila ternyata memang perlu diadakan upacara Mandi Air Masin, hari pelaksanaannya ditentukan dukun, sesuai petunjuk yang dia dapat. Bila dukun tak mendapat petunjuk, maka harinya dirunding-sepakati bersama. Antara pihak keluarga si sakit dan dukun.

Ritual laut di Pantai Timur Sumatera ini untuk orang yang lupa sejarah. Kini, ritual itu pun nyaris tinggal sejarah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News