Manguni si Burung Misterius, Terlihat Lagi Setelah 1,5 Abad

Manguni si Burung Misterius, Terlihat Lagi Setelah 1,5 Abad
Burung Celepuk Siau yang dinyatakan punah ditemukan warga di Kelurahan Tarorane, Lingkungan II, tepatnya di Pasar Ampera, Kecamatan Siau Timur. Foto: Don Papuling/Manado Post

jpnn.com - Tidak seorang pun pernah melihat Manguni selama 1,5 abad. Manguni jadi simbol kabupaten, gereja, dan nama ormas, yang spesimen tunggalnya tersimpan di museum di Belanda.

DON PAPULING, Ondong Siau

CIRI-CIRI fisik burung di tangan Buyung Mangangue itu memang mengarah ke si langka yang selama ini dicari. Tinggi badannya hanya 10 sentimeter. Sedangkan panjang rentang sayapnya tiga kali lipat.

Tapi, Buyung, anggota Ekspedisi Manguni, kelompok yang sudah bertahun-tahun meneliti burung langka tersebut, tetap tak mau berspekulasi. Sayap direntangkan lagi. Ditemukanlah corak berbelang.

Burung seukuran segenggam tangan orang dewasa tersebut juga punya kumis. Ketika direkam, ia juga menghasilkan suara seperti kucing dan sesekali mirip jangkrik.

Barulah Buyung yakin: itu celepuk siau. Atau di Minahasa, Sulawesi Utara, biasa dikenal sebagai manguni.

’’Kami melakukan pencarian bersama Perkumpulan Celebes Biodiversity. Namun, sudah dua tahun penelitian tidak membuahkan hasil. Tim putus asa dan hampir mengambil kesimpulan bahwa celepuk siau telah punah,’’ ucapnya kepada Manado Post (Jawa Pos Group) yang ikut menemaninya memastikan ciri-ciri burung tersebut.

Penantian terhadap kemunculan bahkan jauh lebih panjang ketimbang durasi penelitian Celebes Biodiversity.

Manguni diyakini sebagai burung ciptaan Opo Empung Wananatas atau roh paling atas yang menguasai langit dan bumi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News