Masalah Gizi Buruk Kronis Sudah Gawat Darurat

Masalah Gizi Buruk Kronis Sudah Gawat Darurat
Pemeriksaan gizi dan kesehatan anak. Foto: Ist

Adapun masalah stunting terendah berada di Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur dengan angka kurang dari 30 persen.

Ketua Bidang Ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Dr. Atmarita, MPH mengatakan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif enam bulan sangat berisiko mengalami stunting.

“Setelah usia enam bulan, berikan makanan pendamping ASI yang benar-benar diperhatikan nutrisinya,” katanya di Jakarta, 27 Maret 2018.

Selain asupan gizi, kata Atmarita, stunting juga bisa ditimbulkan dari kondisi kesehatan perempuan sejak masih dalam konsepsi.

“Masa emas dan kritis stunting dimulai dari masa konsepsi. Maksudnya, jika perempuan itu dalam kondisi benar-benar sehat dan matang saat berhubungan seksual, maka anak yang dilahirkan juga sehat,” katanya.

Kondisi perempuan sehat itu bertinggi badan di atas 150 cm, tidak anemia, tidak memiliki penyakit, dan berat badan ideal atau indeks massa tubuh di atas 18,5.

Pernikahan dini, kata Atmarita, juga bisa memicu stunting. “Semakin muda seorang perempuan menikah, maka makin tinggi risiko anaknya mengalami stunting, antara lain karena organ-organnya belum siap untuk melahirkan anak,” kata dia.

Menurut Atmarita, ada baiknya perempuan diedukasi agar tidak melakukan pernikahan diri dan mengutamakan pendidikan.

Kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News