Masih Ingat Drama Gus Dur jadi Presiden?

Masih Ingat Drama Gus Dur jadi Presiden?
Gus Dur di laman google.

jpnn.com - BABAKAN penting dalam sejarah perjalanan Republik Indonesia. Satu di antaranya, hari ketika Abdurrahman Wahid alias Gus Dur terpilih manggung jadi presiden. Tulisan ini merayakan Haul Gus Dur (1940-30 Desember 2009).   
 
WENRI WANHAR – JAWA POS NATIONAL NETWORK
 
Gedung DPR/MPR, 10 Oktober 1999. Selarut-larutnya malam. Sekelompok kecil orang mengenakan seragam militer melakukan latihan yang rumit; pelantikan Presiden Indonesia.
 
Mula-mula mereka berlatih kalau-kalau Megawati Soekarnoputri yang terpilih.
 
Yang akan bertindak sebagai ajudannya, berdiri di kedua sisi orang yang malam itu berperan sebagai Megawati.
 
Mereka berjalan menyusuri lorong tengah auditorium. Dan lalu mengambil posisi di podium, sebagaimana yang terjadi dalam acara pengambilan sumpah.
 
Sejurus kemudian, kelompok kecil itu berlatih seandainya Habibie yang terpilih.

Dan, entah karena malam yang sudah terlalu larut, atau...entahlah, mereka lalu bergegas hendak pulang.   

Seseorang yang tadinya berperan sebagai ajudan presiden bertanya, “bagaimana kalau Gus Dur yang terpilih?”

Ia hanya mendengar gelak tawa singkat ketika kelompok itu meninggalkan ruangan.
 
“Episode ini diceritakan kepada saya oleh seorang ajudan yang terlibat dalam latihan tersebut, pada Desember 1999,” tulis Greg Barton, dalam Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Buku ini telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Biografi Gus Dur.
 
Di tempat yang sama. Rabu, 12 Oktober 1999. Pagi-pagi sekali Habibie mengundurkan diri dari pencalonan. Golkar kehilangan jagoannya.
 
Gelanggang kini milik Megawati dan Gus Dur.
 
Kebanyakan orang menganggap Megawati akan meraih kemenangan. Karena bagaimana pun, pada Pemilu bulan Juni PDI Perjuangan memenangkan lebih dari sepertiga suara. Sedangkan partainya Gus Dur, PKB hanya memperoleh 13 persen suara.
 
Ruangan dipenuhi hampir 700 anggota MPR. Balkon belakang sesak. Didominasi para jurnalis.
 
Di kedua sisi balkon bagian muka, puluhan awak televisi dari berbagai negara berada dalam enggel terbaiknya.
 
Di luar, rakyat menyaksikan siaran langsung. Menanti-nanti siapa presiden Indonesia berikutnya.
 
Drama penghitungan suara dimulai. Awalnya Megawati memimpin. Berikutnya, secara mengejutkan skor berkejar-kejaran. Dan seri di angka 250-an.
 
Setelah itu permainan berbalik. Gus Dur mulai memimpin. Suara yang diraihnya terus meningkat.
 
Di penghujung laga, Gus Dur unggul 60 suara dari Megawati.
 
Megawati berjalan menghambiri Gus Dur. Tenang dan terlihat anggun. Tangannya menggambit pundak Gus Dur.

Sinta Nuriyah, istri Gus Dur dan Yenny Wahid berdiri di samping Megawati.
 
Tak ada yang terlihat berlebihan. Semua nampak tenang-tenang saja.

Meminang Rizal Ramli

Sebagaimana tuah alam. Politik pun mendekatkan orang-orang yang sefrekuensi. Gus Dur, pribadi yang kontroversial dan nyentrik. Persis seperti orang yang dipinangnya; Rizal Ramli.    

Baru saja dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid memanggil Rizal Ramli ke kantornya.
 
Gus Dur meminta Rizal menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggantikan S.B. Joedono.
 
“Terima kasih atas kepercayaan Gus Dur kepada saya. Tapi, umur saya belum 60 tahun. Saya tidak cocok menjadi Ketua BPK,” jawab Rizal yang ketika itu berusia 47 tahun.
 
Keduanya terkekeh. Gus Dur paham betul gurauan Rizal.

BABAKAN penting dalam sejarah perjalanan Republik Indonesia. Satu di antaranya, hari ketika Abdurrahman Wahid alias Gus Dur terpilih manggung jadi presiden.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News