Memahami Kerusakan dan Memperkuat Optimisme

Oleh: Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI

Memahami Kerusakan dan Memperkuat Optimisme
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: Humas MPR RI

Maklumat dengan kode Mak/2/III/2020 ini ditandatangani Kapolri Jenderal Idham Azis Idham pada Kamis (19/3). Negara tampak telah all out mereduksi dampak wabah nCov-19. Selain menyiapkan obat avigan dan Klorokuin untuk pasien Covid-19, juga menyemprot cairan disinfektan di lima wilayah kota Provinsi DKI Jakarta, serta menyiapkan Wisma Atlet Kemayoran di  Jakarta menjadi rumah sakit darurat dan rumah isolasi pasien.

Negara lain, dan juga kota besar lain di berbagai belahan dunia, pun melakukan hal yang sama. Bahkan ada yang langkahnya terkesan cukup ekstrim. Misalnya di Amerika Serikat (AS). Setelah California, kota New York pun di-lockdown dalam upaya mengatasi pandemi nCoV-19. Di Inggris, opsi lockdown kota London terus dipertimbangkan sambil menunggu kepatuhan warga menerapkan kehati-hatian. Bahkan Pemerintah Prancis resmi mengisolasi negara itu. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengambil langkah lockdown untuk memutus rantai penyebaran virus corona di negara itu. Malaysia pun memilh lockdown.

Orang awam sekalipun tahu bahwa pembatasan mobilitas warga yang terus dieskalasi, apalagi sampai pada tahapan lockdown sebuah kota atau negara, akan menimbulkan kerusakan di sana sini, termasuk kerusakan di sektor ekonomi, seperti perdagangan dan kegiatan bisnis lainnya. Produktivitas para pekerja menurun. Ada pabrik yang harus ditutup sementara sehingga volume produksi merosot.

Permintaan melemah, mata rantai pasokan dan distribusi barang tidak lancar. Bahkan hingga potensi lonjakan harga dan panik beli. Lihat saja, beberapa saat setelah Malaysia di-lockdown, panic buying melanda kota Kuala Lumpur. Memang, dalam situasi seperti sekarang yang dihantui oleh ancaman tertular nCov-19 di ruang publik, sungguh tidak mudah mengelola dan menjaga ketertiban umum.

Melindungi Masyarakat

Dengan begitu, mudah untuk dipahami bersama kalau ancaman penyebaran Virus Corona tak hanya merusak kesehatan manusia, tapi juga  memporakporandakan bangunan ekonomi, baik ekonomi skala nasional maupun ekonomi skala global. Kerusakan di sektor ekonomi menjadi sebuah konsekuensi logis, predictable dan sekaligus menjadi kecenderungan yang mudah untuk dipahami bersama pula.

Pada saat-saat seperti ini, setiap komunitas dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah karena harus ada yang dikorbankan. Kerja keras membatasi penyebarluasan wabah nCoV-19 otomatis menuntut pengorbanan dari sektor lain, termasuk sektor ekonomi dan semua sub-sektornya. 

Saat ini, banyak negara, termasuk Indonesia, tidak hanya sekadar melakukan pembatasan atau lockdown, tetapi juga harus mengeluarkan anggaran ekstra – yang tidak diprediksi atau dialokasikan sebelumnya – semata-mata untuk melindungi semua warga negara dari kemungkinan tertular nCoV-19.

Menurut Bamsoet, optimisme bersama harus dibangun dan terus diperkuat dengan keyakinan bahwa masa-masa sulit seperti sekarang akan bisa dilalui pada waktunya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News