Membedah Kekuatan Adidaya Ulama

 Membedah Kekuatan Adidaya Ulama
Direktur Strategi dan Analis Data Lembaga Analisis Politik Indonesia (L-API), Fadlin Guru Don. Foto: Ist for JPNN.com

jpnn.com - Oleh: Fadlin Guru Don
Akademisi Universitas Mercu Buana dan Direktur Strategi dan Analisis Data Lembaga Analisis Politik Indonesia


Percaturan politik dalam menghadapi hajatan akbar di tahun 2019 sedang gencar dibicarakan. Hampir semua stasiun televisi dan media sosial tak luput dari pemberitaan politik. Jual-menjual figur hingga penyetoran muka dari para tokoh, sepertinya tidak lagi menjadi rahasia publik. Negara tidak lagi berperan sebagai payung kepentingan rakyat tetapi sudah menjadi panggung drama para elite.

Perdebatan kedua kubu pemerintah dan oposisi tidak pernah selesai, layaknya kisah perebutan tahta oleh skuad pandawa dan kurawa. Mereka berperang satu sama lain demi menduduki tahta kerajaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembahasan nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto nyaris tidak pernah terlewatkan setiap saat. Semua media online maupun media mainsteam sepertinya tidak bisa hidup tanpa memberitakan kedua nama tokoh ini.

Desain politik sudah terbangun, pembentukan koalisi hampir selesai, lalu apa yang harus ditunggu oleh rakyat?

Pertarungan Joko Widodo dan Prabowo Subianto tidak hanya dinanti oleh rakyat tetapi Ulama dan tokoh-tokoh Islam juga sedang mengambil peran dan menunggu agenda rakyat tersebut.

Banyak yang menggiring opini bahkan mencoba memanipulasi kenyataan bahwa suara ulama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan akhir dari Pilpres 2019 nanti. Ini wajar, karena biasanya orang yang dalam keadaan panik atau terdesak bisa saja terlihat kuat padahal sedang tak berenergi, berusaha bahagia padahal suasana hatinya sedang gundah gulana. Itulah pilihan hidup orang yang jiwanya sedang dalam keadaan yang amat terjepit.

Apakah lantaran ada sebagian ulama yang terlihat berbeda dari yang lain, lalu semua umat Islam dipaksakan untuk tidak mendengarkan kebenaran. Jika alasan ini maka sesungguhnya mereka sudah keliru besar. Sama saja mereka sedang terus berjalan padahal di depan mereka terdapat lubang besar, yang pada akhirnya mereka tenggelam dan terjerumus didalamnya.

Desain politik sudah terbangun, pembentukan koalisi hampir selesai, lalu apa yang harus ditunggu oleh rakyat?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News