Menengok Si Jilbab di Nanjing

Menengok Si Jilbab di Nanjing
Dahlan Iskan.

jpnn.com - Mereka berjilbab. Tapi ngomong Mandarinnya… Haiiyyaaa… saya kalah.

Mumpung dekat Nanjing, saya telepon mereka: maukah makan siang dengan saya?

Dalam sekejap lima mahasiswa menyaut WeChat saya: Siaaaap….

Waktu itu saya masih di dalam kereta peluru. Dari Shanghai. Satu jam lagi tiba di Nanjing.

Kami janjian pukul 13:00. Makan siang. Berarti dua jam lagi. Saya ajukan lima pilihan restoran. Mereka pilih yang Hai Di Lao di Zhongshan West Road. Alasan mereka dekat masjid.

Itulah restoran top di Tiongkok sekarang ini. Di tiap kota pasti ada cabangnya. Juga di Los Angeles, Tokyo dan Singapura.

Saya akan menulis kehebatan manajemennya. Kapan-kapan.

Inilah untuk pertama kalinya: saya menengok ‘mahasiswa saya’. Mereka kuliah di Nanjing ikut program beasiswa. Dari yayasan yang saya dirikan: Indonesia Tionghoa Culture Center. ITCC. Tahun lalu ITCC kirim 350 calon mahasiswa untuk kuliah di Tiongkok.

Mereka berjilbab. Tapi ngomong Mandarinnya… Haiiyyaaa… saya kalah. Saya telepon mereka: maukah makan siang dengan saya?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News