Mengenal Alat Musik Genggong, Idiofon Khas Suku Sasak di Lombok

Mengenal Alat Musik Genggong, Idiofon Khas Suku Sasak di Lombok
Dua pria warga Sasak memainkan alat musik genggong di Desa Sasak Ende, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Foto: Edi Suryansyah/JPNN.com

Adapun talinya diikatkan pada ujung pelepah. Panjang talinya sekitar 10 sentimeter yang diikatkan pada potongan kayu atau bambu kecil sebagai pegangan untuk penariknya.

Genggong dimainkan dengan cara meletakkannya antara bibir atas dan bawah, lalu benangnya ditarik sehingga muncul resonansi. Mulut orang yang memainkan genggong menjadi rongga yang menggemakan bunyi.

Cerita turun-temurun menyebut pembuatan genggong terinspirasi dari suara katak yang bersahut-sahutan di sawah.

Oleh karena itu, genggong kerap dimainkan secara berpasangan atau dibunyikan oleh lebih dari satu orang.

"Alat musik ini pada zaman dahulu digunakan untuk mengungkapkan perasaan kepada pujaan hati," kata Tantowi.

Terdapat dua jenis genggong. Jenis pertama ialah genggong mame (laki-laki) dengan nada suara yang lebih rendah.

Satu lagi adalah genggong nine (perempuan) yang memiliki nada suara yang lebih tinggi.

Genggong diklasifikasikan sebagai idiofon atau alat musik dengan sumber suara berupa getaran badan alat musik itu sendiri.

Genggong khas suku Sasak di Pulau Lombok diklasifikasikan sebagai idiofon atau alat musik dengan sumber suara berupa getaran badan alat musik itu sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News