Mimpi Istri Kandas di Tawau

Oleh Dahlan Iskan

Mimpi Istri Kandas di Tawau
Dahlan Iskan.

Saat ke Tawau pertama dulu saya lihat Kaltim masih seperti kampung. Waktu itu saya masih wartawan baru. Berada di kasta paling rendah.

Kini terasa Tawau jauh ketinggalan. Perkebunan besar sawit di sana rupanya tidak berhasil menyejahterakan rakyatnya.

Perkebunan hanya memerlukan buruh. Dengan gaji rendah. Hasil perkebunannya diekspor. Uangnya tidak kembali ke daerah. Kecuali dalam bentuk upah yang rendah.

Bukankah itu problem Riau juga?

Istri saya begitu kecewa datang ke ‘negeri impian’ itu. Padahal sudah saya pilihkan hotel terbaik. Terbaru.

Lebih kecewa lagi ketika saya ajak ke pusat kota. Ke dekat pasar sentral. Masih seperti Samarinda tahun 1980-an. Pasar sentral Tawau sekarang seperti Pasar Pagi Samarinda 40 tahun lalu.

Jalan-jalannya memang tidak berlubang. Tapi tidak terawat. Parit kanan-kirinya kotor. Berbau. Rumputnya tumbuh liar.

Lalu saya ajak istri saya ke mall. Yang satu kompleks dengan gedung-gedung apartemen. Kelihatan seperti sebuah super block. Dari jauh.

Saya sudah beberapa kali ke Tawau. Bukan Tawau yang mengalami kemunduran. Kitalah yang maju. Lebih cepat dari kemajuan Tawau.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News