Minyak Bumi, Bahan Bakar Konflik AS Vs Iran

Minyak Bumi, Bahan Bakar Konflik AS Vs Iran
Situasi di Timur Tengah memanas setelah dua kapal tanker diserang di Teluk Oman pekan ini. Foto: Google

jpnn.com - Ambang konflik bersenjata Iran dan AS selalu punya satu benang merah: minyak bumi. Dari komoditas itu, kedua negara kini hampir mengulang sejarah.

Tiga dasawarsa lalu, Iran dan AS (bersama Iraq) terjebak dalam perang lantaran minyak. Dimulai dari persaingan dua negara tetangga di kawasan Teluk tersebut, AS yang saat itu dipimpin Ronald Reagan sampai dibuat pusing karena pasokan minyak dunia terganggu.

Tahun lalu minyak pula yang membuat Iran kembali mengamuk. Trump kembali mengembargo komoditas minyak Iran. Langkah itu membuat ekonomi Iran menyusut 3,9 persen. Padahal, ekonomi mereka pada 2017 baru saja tumbuh 3,8 persen.

''Tahun ini prediksi ekonomi mereka turun 6 persen. Mereka pasti merasa tidak punya pilihan lain,'' tutur Aniseh Tabrizi, peneliti Royal United Services Institute, kepada CNBC.

Karena itu, hampir setahun setelah sanksi AS berlaku, kapal tanker di Selat Hormuz mulai berguguran. Mereka dikabarkan lumpuh karena serangan dari Iran. Tentu, Hassan Rouhani bersikukuh menyangkal semua tudingan.

Mereka berharap insiden itu bisa membuat pasokan dunia terganggu. Dengan begitu, harga minyak bumi bisa naik. Beberapa hari ini harga minyak Brent memang naik hingga USD 65 (Rp 918 ribu) per barel. Kalau tidak ada penyelesaian problem, harga bisa menembus USD 100 (Rp 1,4 juta) per barel.

Pengamat ekonomi menilai ''dorongan'' dari Iran kurang ampuh. Mereka masih tertutupi dengan isu perang dagang Tiongkok-AS. Namun, kemungkinan Iran melakukan aksi yang lebih besar dari serangan sporadis ke kapal tanker sangat kecil.

''Saya yakin Iran pun tidak ingin sampai perang dan menutup jalur Selat Hormuz. Hal itu akan menjadi bumerang bagi mereka,'' kata Eugene Gholz, pakar politik University of Notre Dame, kepada Politico. (bil/c15/dos)


Ambang konflik bersenjata Iran dan AS selalu punya satu benang merah: minyak bumi. Dari komoditas itu, kedua negara kini hampir mengulang sejarah.


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News