Monolog Budaya, Eny Retno Yaqut Ungkap Cara Berdamai dengan Diri

Monolog Budaya, Eny Retno Yaqut Ungkap Cara Berdamai dengan Diri
Penasihat Darma Wanita Persatuan Kementerian Agama RI Eny Retno Yaqut mengisi acara monolog budaya, peluncuran buku Moderasi Beragama tiga bahasa (Inggris, Mandarin, Arab) yang dirangkai dengan International Seminar & Expose on Religious Harmony dengan tema “Diplomasi Moderasi Bergama Untuk Perdamaian Dunia: Peran Strategis Indonesia dalam Mempromosikan Moderasi Beragama di Tingkat Global” di Bali yang diselenggarakan pada Selasa (7/12) sampai Sabtu (11/12). Foto: Kemenag

jpnn.com, JAKARTA - Penasihat Darma Wanita Persatuan Kementerian Agama (Kemenag) RI Eny Retno Yaqut menilai moderasi beragama harus dimulai dari diri sendiri.

Hal itu mengingat persoalan apa pun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bermula dari diri sendiri. Dia memaknai cinta, kasih sayang, dan penghormatan menghargai perbedaan merupakan kunci moderasi beragama.

Eny menyampaikan hal tersebut dalam acara monolog budaya, peluncuran buku Moderasi Beragama tiga bahasa (Inggris, Mandarin, Arab) yang dirangkai dengan International Seminar & Expose on Religious Harmony dengan tema “Diplomasi Moderasi Bergama Untuk Perdamaian Dunia: Peran Strategis Indonesia dalam Mempromosikan Moderasi Beragama di Tingkat Global” di Bali yang diselenggarakan pada Selasa (7/12) sampai Sabtu (11/12).

“Hidup dalam keragaman perlu adanya penghormatan yang bisa diekspresikan secara proporsional, tidak boleh terjebak prasangka dalam memandang perbedaan, tidak boleh memandang seseorang dari latar belakangnya, warna kulitnya atau suku, bangsa, dan agamanya," kata Eny.

Menurut dia, setiap orang perlu memandang orang lain dengan cinta kasih. Nilai-nilai itu hendaknya bisa ditanamkan pada keluarga, khususnya anak-anak.

"Dengan cara tersebut maka kedamaian, kenyamanan akan dapat terwujud dalam kehidupan kita,” jelas Eny.

Istri Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas itu juga menganggap budaya saling menyalahkan satu sama lain merusak persatuan anak bangsa.

“Jangan suka menyalahkan orang lain seberapa bedanya kita, sejatinya kita disatukan sebagai sesama manusia dan percayalah bahwa sesungguhnya kebaikan itu seperti virus, yang apabila kita lakukan maka akan bisa menyebar dan menular pada orang lain agar bisa melakukan kebaikan. Kita boleh berbeda, tetapi kita tetap perlu menghormati setiap hal yang berbeda,” tambah Eny Retno.

Eny Retno Yaqut menyampaikan gagasannya mengenai cara hidup damai. Dia juga mengharapkan ada nilai-nilai keberagaman yang bisa ditanamkan ke keluarga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News