Muhammad Wahyono, Si Penghafal Alquran Tanpa Kaki dan Tangan

Muhammad Wahyono, Si Penghafal Alquran Tanpa Kaki dan Tangan
PANTANG MENYERAH: Muhammad Wahyono saat dikunjungi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Batang Uni Kuslantasi Wihaji. Foto: Luthfi Hanafi/Radar Semarang

jpnn.com - Keterbatasan fisik tidak menyurutkan semangat Muhammad Wahyono untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat. Meski tidak punya kedua tangan dan kedua kaki, remaja 20 tahun itu tetap bersemangat berbagi ilmu agama Islam kepada orang lain.

LUTFI HANAFI, Batang

MUHAMMAD Wahyono tercatat sebagai warga Dusun Kebonagung, Desa Kembangan, Kecamatan Blado, Batang. Di desanya, pria kelahiran 28 Februari 1998 ini akrab disapa Gus Amad.

Sejak lahir, Wahyono sudah tidak memiliki tangan dan kaki. Dia adalah bungsu dari 9 bersaudara. Kedua orangtuanya, Darsono dan Warni telah lama berpulang.

Sejak ditinggal orang tua, Wahyono yang memang tak bisa melakukan apa-apa itu dirawat oleh semua kakak-kakaknya. Namun, karena mereka tinggal berjauhan, maka Wahyono lebih sering diasuh dan dirawat oleh kakak kedelapannya, Saudi.

Dari Saudi pula Wahyono belajar membaca huruf latin dan mengaji. Ketika sudah lancar membaca Alquran, Wahyono diajak Saudi menyantri di Pesantren Miftahul Huda di Boja, Kendal.

Di pesantren itu, Wahyono langsung dibimbing oleh KH Hasyim Masduqie yang dikenal sebagai hafiz atau penghafal Alquran. Selanjutnya, Wahyono terus mengasah kemampuannya menghafal kitab suci umat Islam itu.

Selain memiliki kemampuan menghafal Alquran, Wahyono juga punya suara yang bagus untuk melantunkan selawat. Karena itu pula Wahyono sering diundang orang untuk mengisi acara-acara seperti mauludan atau hajatan lainnya.

Muhammad Wahyono yang terlahir tanpa tangan dan kaki kini menjadi penghafal Alquran. Pemilik suara yang bagus itu kini menjadi guru ngaji.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News