Negara Tak Urus Cabai

Negara Tak Urus Cabai
Negara Tak Urus Cabai
PEMERINTAHAN kita makin gemar melakoni pepatah orang Minangkabau. Habis cakak, takana silek. Usai berkelahi, teringat jurus silat. Apa gunanya lagi, jika dalam baku hantam itu, kita udah babak belur. Paling menang ngomong - persis konferensi pers pejabat PSSI setelah kalah melawan Harimau Malaya dari Malaysia.

Ilustrasi ini muncul setelah mendengar ucapan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (6/1/2011). Dia menganjurkan untuk sementara masyarakat menggunakan sambal botol atau cabai bubuk, selagi harga cabai mahal dan kini sudah mencapai Rp 100.000 (bahkan lebih) sehingga inflasi kita mencapai 7 persen - melenceng dari target.

Pemerintah juga menganjurkan ramai-ramai bertanam cabai di halaman rumah masing. Menteri Marie sudah melakukannya di rumahnya di kompleks menteri di Jakarta. Konon, bagi warga yang mau, akan diberikan benih gratis.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga berharap hal serupa. "Saya sudah lihat kreativitas rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat. Seperti menanam tomat, cabai dan segala macam di pekarangan rumah. Itu luar biasa sekali," kata SBY dalam sidang kabinet paripurna di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (6/1) lalu. Artinya, bisa membangun semacam ketahanan pangan warga.

PEMERINTAHAN kita makin gemar melakoni pepatah orang Minangkabau. Habis cakak, takana silek. Usai berkelahi, teringat jurus silat. Apa gunanya lagi,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News