Oman Fathurahman, Peneliti Manuskrip Kuno Islam Pertama di Indonesia
Terpincut Naskah Keramat, Ternyata Catatan Utang Raja
Rabu, 27 Juli 2011 – 10:01 WIB
Tak banyak ahli filologi (ilmu yang mempelajari manuskrip kuno) spesialis agama Islam. Orang Indonesia pertama yang menekuninya adalah Oman Fathurahman, dosen Universitas Islam Negeri (UIN), Jakarta. Bagaimana liku-likunya berburu naskah kuno Islam ke seluruh Nusantara?
Moh. Hilmi Setiawan - Jakarta
SUASANA di kompleks Kampus 2 Universitas Islam Negeri (UIN), Jakarta, tampak lengang kemarin (26/7). Maklum, aktivitas perkuliahan sedang libur. Tapi, tidak demikian di gedung Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM). Di gedung berlantai tiga itu, beberapa peneliti sibuk membolak-balik buku yang menjadi bahan penelitian.
Salah seorang yang tampak sibuk itu adalah Oman Fathurahman. Di ruang kerja berukuran sekitar 3 x 3 meter tersebut, dia terlihat serius mencermati manuskrip atau buku-buku kuno agama Islam. Buku-buku itu sudah kumal. Ujung sampulnya tampak bergerigi tidak rata karena dimakan ngengat dan rayap. "Jika tidak hati-hati membukanya, bisa rusak dan semakin sulit dibaca," ujar pria kelahiran Kuningan, 8 Agustus 1969, itu.
Manuskrip kuno yang diteliti Oman kemarin, antara lain, berasal dari Makassar, Minangkabau, dan Aceh. Rata-rata, manuskrip yang diteliti menggunakan bahasa Melayu dan ditulis dengan huruf Arab. Ada juga yang ditulis dengan huruf-huruf kuno daerah setempat. Misalnya, manuskrip keluaran Makassar yang masih menggunakan huruf Lontara.
Tak banyak ahli filologi (ilmu yang mempelajari manuskrip kuno) spesialis agama Islam. Orang Indonesia pertama yang menekuninya adalah Oman Fathurahman,
BERITA TERKAIT
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri