Omicron tak Terdeteksi Berpotensi Membentuk Varian Baru yang Lebih Berbahaya

Omicron tak Terdeteksi Berpotensi Membentuk Varian Baru yang Lebih Berbahaya
Ilustrasi - Varian baru COVID-19, Omicron. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ahli Epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman mengungkapkan dampak berbahaya Covid-19, dari kurangnya upaya deteksi bagi masyarakat.

Menurut dia, kasus Omicron yang tidak terdeteksi membuat virus bersirkulasi dan menginfeksi orang dengan bebas.

Sebab, Omicron memiliki waktu replikasi yang sangat cepat dengan waktu penggandaan virusnya, yakni hanya sekitar dua hingga empat hari.

"Ini membuat akhirnya virus ini menginfeksi orang dengan bebas, bereplikasi, dan akhirnya bermutasi," kata Dicky, Senin (17/1).

Mutasi virus akan membentuk varian baru yang berpotensi lebih merugikan, dibanding varian yang sudah ada saat ini.

Menurut Dicky, hal ini lah yang terjadi pada variant of concerns, sehingga manusia harus belajar dari kemunculan varian sebelumnya.

"Itu (varian baru, red) bisa lahir di Indonesia, Afrika, atau negara maju yang mengabaikan sistem deteksi ini," lanjut dia.

Artinya, varian baru akan muncul dengan karakteristik yang berpotensi lebih kebal terhadap vaksin, kebal terhadap intervensi antivirus, atau membuat gejala yang lebih berat.

Ahli Epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman mengungkapkan kasus Omicron yang tidak terdeteksi membuat virus bersirkulasi dan menginfeksi orang dengan bebas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News