Omicron tak Terdeteksi Berpotensi Membentuk Varian Baru yang Lebih Berbahaya

jpnn.com, JAKARTA - Ahli Epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman mengungkapkan dampak berbahaya Covid-19, dari kurangnya upaya deteksi bagi masyarakat.
Menurut dia, kasus Omicron yang tidak terdeteksi membuat virus bersirkulasi dan menginfeksi orang dengan bebas.
Sebab, Omicron memiliki waktu replikasi yang sangat cepat dengan waktu penggandaan virusnya, yakni hanya sekitar dua hingga empat hari.
"Ini membuat akhirnya virus ini menginfeksi orang dengan bebas, bereplikasi, dan akhirnya bermutasi," kata Dicky, Senin (17/1).
Mutasi virus akan membentuk varian baru yang berpotensi lebih merugikan, dibanding varian yang sudah ada saat ini.
Menurut Dicky, hal ini lah yang terjadi pada variant of concerns, sehingga manusia harus belajar dari kemunculan varian sebelumnya.
"Itu (varian baru, red) bisa lahir di Indonesia, Afrika, atau negara maju yang mengabaikan sistem deteksi ini," lanjut dia.
Artinya, varian baru akan muncul dengan karakteristik yang berpotensi lebih kebal terhadap vaksin, kebal terhadap intervensi antivirus, atau membuat gejala yang lebih berat.
Ahli Epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman mengungkapkan kasus Omicron yang tidak terdeteksi membuat virus bersirkulasi dan menginfeksi orang dengan bebas.
- Bubur Jagung
- PBB Nilai Indonesia Berhasil Menangani Covid-19, Puji Para Pemimpin
- Harga Emas Hari Ini Makin Cakep, Bun! Jadi Sebegini
- Satu Pasien Diduga Hepatitis Akut Misterius Terpapar Covid-19
- Situasi Covid-19 Makin Baik, Simak Daftar Lengkap Level Daerah PPKM
- Alhamdulillah! Periode Cuti Idulfitri 1443 Hijriah Tidak Akibatkan Lonjakan Covid-19