Pacu Jalur Kuantan Singingi, Festival Menjaga Tradisi

Pacu Jalur Kuantan Singingi, Festival Menjaga Tradisi
Suasana Meriah Lomba Pacu Jalur di Kuantan Singingi. Foto: IST

jpnn.com - RIBUAN penonton di tepian Narosa terdengar riuh rendah. Mereka memberi semangat pada anak jalur yang baru saja lepas. 40 pemuda mengayuh kencang masing-masing dayung mereka. Kompak dan serentak.

 

Anggota sebuah jalur disebut anak pacu, terdiri atas: tukang kayu, tukang concang (komandan, pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang onjai (pemberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyang-goyangkan badan) dan tukang tari yang membantu tukang onjai memberi tekanan yang seimbang agar jalur berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama. Selain pemain, dalam lomba pacu jalur juga ada wasit dan juri yang bertugas mengawasi jalannya perlombaan dan menetapkan pemenang.

 

Pacu jalur biasanya dilakukan di Sungai Batang Kuantan. Hal ini tak lepas dari catatan panjang sejarah, Sungai Batang Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu dan Kecamatan Cerenti di hilir, telah digunakan sebagai jalur pelayaran jalur sejak awal abad ke-17. Dan, di sungai ini pulalah perlombaan pacu jalur pertama kali dilakukan. Sedangkan, arena lomba pacu jalur bentuknya mengikuti aliran Sungai Batang Kuantan, dengan panjang lintasan sekitar 1 km yang ditandai dengan tiga tiang pancang.

Pacu Jalur merupakan salah satu tradisi budaya di Riau yang begitu mengakar di masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi. Bahkan agenda ini sudah masuk dalam kalender pariwisata nasional. Pacu jalur sejenis lomba perahu dayung tradisional dari Riau berukuran panjang sekitar 25-40 m dengan awak perahu 40-60 orang, tergantung dari jenis jalurnya.

Asal Usul dan Perkembangan

 

RIBUAN penonton di tepian Narosa terdengar riuh rendah. Mereka memberi semangat pada anak jalur yang baru saja lepas. 40 pemuda mengayuh kencang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News