Partai Islam di Simpang Jalan

Partai Islam di Simpang Jalan
Partai Islam di Simpang Jalan
Orang memang harus belajar dari pengalaman. Setahun kemudian, PKS mulai berperan sebagai partai Islam yang moderat dan inklusif. Era itu dimulai pada 2000. 

Hasilnya terbukti pada Pemilu 2004. Partai ini berhasil menembus Senayan. Dengan Islam moderat rupanya ada lonjakan. Sayangnya, kesadaran itu kurang kental pada Pemilu 2009 PKS, sehingga tak ada lonjakan raihan suara baru. Suara naik hanya satu persen saja.

 

Yang mengagumkan adalah terbukanya kemungkinan partai ini dimasuki kelompok non-muslim. Sebetulnya, sejak 1999, PKS telah memiliki calon anggota legislative yang non-muslim di daerah mayoritas non-muslim. Misalnya, di Nabire, Papua. Bahkan, ada pengurus partai yang non-muslim, seperti untuk kawasan Indonesia Timur.

Ideologi Islam tak lagi laku dijual dalam Pemilu? Tidak seekstrim itu. Kelihatannya PKS hanya tidak ingin lagi menjadikan Islam sebagai jualan utama.  Barangkali memang tak mudah bagi PKS beralih dari partai konservatif menjadi partai tengah. Menjadi penungguan public seberap jauh elit partai ini meyakinkan basis massa tradisional, dan meyakinkan pasar pemilih baru.

ADA apa gerangan Majelis Syura PKS dalam rapat hari pertama musyawarah nasional (munas) II (16/6) lalu yang meninggalkan konsep PKS sebagai partai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News