Pelaku Bisnis Online: Bingung, Mau Jual Mahal Takut Pelanggan Lari

Pelaku Bisnis Online: Bingung, Mau Jual Mahal Takut Pelanggan Lari
Porter di Bandara Syamsudin Noor menunggu penumpang di depan terminal keberangkatan. Pendapatan mereka menurun sejak diberlakukannya bagasi berbayar. Foto: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN/JPNN.com

jpnn.com, TARAKAN - Kebijakan sejumlah maskapai penerbangan menerapkan bagasi berbayar, serta naiknya biaya kargo, berdampak pada bisnis online.

Tidak hanya konsumen, pelaku usaha online pun mengeluhkan lantaran mahalnya ongkos kirim (ongkir). Sehingga bingung mematok tarif untuk setiap barang dagangan.

Salah seorang pelaku usaha online shop, Orin (25) mengaku sangat merasakan dampak dari kenaikan biaya kargo. Ia bingung hendak mematok harga. Lantaran biaya ongkir lebih mahal dibandingkan harga barang. Ia sendiri menawarkan aksesori wanita. Seperti baju, tas, sepatu dan lainnya.

“Bingung, harga ongkirnya lebih mahal daripada barangnya. Jadi bingung mau jual di harga berapa?” katanya kepada Radar Tarakan, pekan lalu.

Lebih lanjut dijelaskannya, kenaikan ongkir ini mulai dirasakan sejak awal 2019 ini. Sebelumnya ongkir dari Jakarta Rp 45 ribu. Bahkan ia pernah mendapatkan ongkir Rp 16 ribu per kilogram. Kini melonjak menjadi Rp 65 ribu per kilogram. Dalam artian, kenaikan yang dirasakannya tiga kali lipat dari harga sebelumnya.

BACA JUGA: Pasar Properti Batam Diprediksi Meningkat Usai Lebaran

“Kalau yang dulu, sebelum harga tiket mahal, malah pernah ongkir Rp 16 ribu,” bebernya.

Lantas apakah pelanggannya tetap memesan barang? Ia mengaku pendapatannya turun drastis. Jika sebelumnya ia bisa mendatangkan 40 paket dalam sebulan, atau lima hingga tujuh paket per minggu. Kini hanya empat hingga lima paket per minggunya. “Pesanan tidak menentu juga, pendapatan turun drastis,” katanya.

Bisnis online terpukul kebijakan penerapan bagasi berbayar serta naiknya biaya kargo cukup berdampak luas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News