Peneliti IPB Jelaskan Soal Risiko Migrasi BPA

Peneliti IPB Jelaskan Soal Risiko Migrasi BPA
Ilustrasi produk dalam kemasan. Foto: ANTARA/Pexels

jpnn.com, JAKARTA - Rencana Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencantumkan label Bisphenol A (BPA) Free pada produk kemasan menjadi perhatian peneliti teknologi pangan Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Mengkaitkan risiko BPA dengan galon air minum dalam kemasan berbahan polikarbonat itu aneh. Padahal yang berisiko tinggi bukan di galon,” kata Dr. Nugraha Edhi Suyatma, dosen dan peneliti Jurusan Teknologi Pangan IPB pada Webinar bertajuk “Kupas Tuntas Rencana Label BPA di AMDK Galon”.

Pasalnya, kata dia, galon polikarbonat walau dijemur pada suhu 36 derajat celcius pun tidak bermasalah.

“Potensi migrasi BPA di galon polikarbonat itu dari hasil kajian ilmiah berada di titik 80 derajat celcius. Begitu juga dengan kekuatan menahan benturannya, galon polikarbonat terbilang tangguh,” tambah dia dalam siaran pers, Minggu (29/5).

“Sedikit menyegarkan ingatan, zat Bisphenol-A (BPA) ini digunakan untuk produksi plastik polikarbonat atau epoksi resin," kata Nugraha.

"Bentuk penggunaannya pada galon, botol susu bayi, dan kaleng makanan-minuman sebagai pelindung bagian dalam. Maka dari itu cukup kaget dengan pemberitaan yang mengeklaim BPOM ingin mencantumkan label berpotensi berisiko BPA pada galon polikarbonat,” tambah dia.

Keunggulan BPA pada galon dan epoksi resin ialah melindungi isi dalam kemasan karena sifatnya lebih tahan panas.

Apalagi dalam kemasan kaleng, BPA melindungi isi makanan-minuman di dalamnya agar tidak mudah terkena korosi kaleng.

Rencana BPOM mencantumkan label Bisphenol A (BPA) Free pada produk kemasan menjadi perhatian peneliti teknologi pangan IPB

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News