Pengungsi Gunung Agung Seberangi Selat Lombok Gunakan Perahu

Pengungsi Gunung Agung Seberangi Selat Lombok Gunakan Perahu
Lalu Muhidin bersama istrinya dan anaknya yang sedang tertidur pulas di berugak keluarganya yang ada di Dusun Pelampat Desa Meninting Kecamatan Batulayar, Minggu lalu (1/10). Foto: ZULKIFLI/RADAR LOMBOK/JPNN.com

Muhidin sendiri menggunakan Ferry dua hari setelahnya, karena membawa barang berharga satu-satunya yakni sepeda motor Yamaha Jupiter. Karena tidak mungkin dibawa menggunakan perahu.

Ongkos Ferry sekitar Rp 129 ribu. Sementara untuk perahu yang ditumpangi keluarganya itu hanya sekadar urunan dengan tetangga yang lain untuk membeli bahan bakar saja.

“Ya hanya ini yang bisa saya selamatkan, rumah di sana tidak ada yang jaga, karena di sana juga lumpuh, masyarakat takut dengan berita-berita Gunung Agung yang akan meletus,” bebernya.

Tetangga yang ikut menggunakan perahu kayu atau Ferry, rata-rata memiliki keluarga di Lombok, dan mereka juga tinggal di rumah keluarga yang ada di Lombok.

Pria yang lahir dan tumbuh besar di Bali ini senang karena sambutan masyarakat Meninting sangat baik. Sejak pertama di Meninting, dirinya langsung melaporkan diri ke aparat desa terkait.

Beberapa hari kemudian langsung datang bantuan dari Dinas Sosial Lombok Barat.

“Ada kemarin dikasih sembako, tikar. Alhamdulillah saat ini masih,” ucapnya.

Muhidin sendiri berharap kondisi Gunung Agung segera normal agar bisa kembali ke kampung halaman, karena anak-anaknya sendiri sudah lama tidak bersekolah.

Para pengungsi dari sekitar Gunung Agung ini menyeberangi Selat Lombok menggunakan perahu kayu karena kondisi ekonomi tidak memungkinkan menggunakan Ferry.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News