Peran Ponpes Annuqayah di Balik Terkikisnya Carok

Peran Ponpes Annuqayah di Balik Terkikisnya Carok
Ketua Pengurus Ponpes Kiai Naqib Hasan (kiri) dan Ketua Biro Pengabdian Masyarakat M Zamiel El Muttaqien (kanan). Foto: Ken Girsang/jpnn.com

"Jadi para kiai menjelaskan, konsekuensi akhir tidak baik. Alhamdulillah sudah hampir tak terdengar lagi carok," ucapnya.

Sementara itu saat ditanya alasan pemilihan Ponpes Anuuqayah menjadi tempat peringatan Hari Perdamaian Internasional, Kiai Naqib menyebut mungkin karena kedekatan emosional pendiri Annuqayah dengan keluarga almarhum Gus Dur dan Wahid Foundation.

Hubungan kekeluargaan sudah terjalin sangat lama. Bahkan sejumlah kiai dari Annuqayah pernah menimba ilmu di Ponpes Tebu Ireng.

Penjelasan tersebut senada dengan penjelasan tim leader 'Kampung Damai' Wahid Foundation Visna Fulovik.

Menurutnya, pemilihan Madura didasari sejumlah alasan. Antara lain, sangat dekat dengan Pulau Jawa namun dari segi kesenjangan sosial terpaut sangat jauh.

"Jadi presiden penting diundang langsung untuk melihat masyarakat. Kemudian soal perempuan, di Madura perlu ditingkatkan perannya agar punya ruang untuk mengekspresikan diri. Di sini pernikahan dini masih tinggi," tuturnya.

Menurut Visna, Wahid Foundation kini berkonsentrasi mengembangkan desa damai yang sudah tersebar di 22 desa di tiga provinsi.

Masing-masing Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satunya yang terpilih Desa Guluk-Guluk di Sumenep.

Tradisi carok di Guluk-Guluk hingga akhir 1980-an masih sangat kuat. Hampir setiap hari ada saja warga yang terluka. Bahkan tak jarang sampai meregang nyawa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News