Perang Terigu
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - APA sih maunya Rusia ini? Kok lama banget tidak menyelesaikan serangannya ke Ukraina.
Harga terigu di Indonesia sudah begini tingginya. Juga harga elpiji. Dan banyak lainnya.
Apa juga sih maunya Ukraina ini? Kok begitu-begitu terus. Ini, harga batu bara sudah tak tertahankan.
Dan apa sih maunya NATO itu? Seperti membiarkan keadaan digantung tidak menentu. Sampai-sampai saya baca berita di kantor berita asing, Al Jazeera, kemarin dulu: orang Medan kini lebih sulit mencari Indomie di toko-toko.
Diceritakan di situ: satu orang Medan sangat fanatik Indomie. Ia begitu mengeluhkan kelangkaan Indomie. Harga Indomie yang biasanya Rp 2.300-Rp 2.500 kini menjadi Rp 2.700 - Rp 2.800.
Ia tahu: sulitnya mendapat Indomie itu akibat perang di Ukraina.
Saya pun bertanya ke beberapa sumber yang dekat dengan terigu. Ternyata Indonesia memang impor gandum sangat besar dari Ukraina: 3 juta ton. Setahun. Itu angka tahun 2020.
Anehnya gandum dari negara lain juga terpengaruh. Misalnya yang dari Australia. Ikut terganggu.
Saya pun bertanya ke beberapa sumber yang dekat dengan terigu. Ternyata Indonesia memang impor gandum sangat besar dari Ukraina:
- Neta Indonesia Akan Memperkenalkan SUV Listrik Baru di PEVS 2024
- Mendagri Tito Ingatkan Pemda Jaga Inflasi di Tengah Instabilitas Global
- Krisis Kemanusiaan di Ukraina Tak Kunjung Usai Akibat Invasi Rusia
- Moeldoko Beber Penyebab Motor Listrik Kurang Diminati Meski Diguyur Insentif
- Politik Hati
- Satgas RAFI 2024 Resmi Ditutup, Pertamina Apresiasi Sinergi dari Semua Pihak