Percepatan Ekspor dan Diversifikasi Bawang Merah

Percepatan Ekspor dan Diversifikasi Bawang Merah
Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Spudnik Sujono, menyatakan tak ada impor bawang merah sejak 2016 sampai Oktober 2017. Foto dok humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Spudnik Sujono, menyatakan tak ada impor bawang merah sejak 2016 sampai Oktober 2017. Hal tersebut karena pemerintah optimistis dengan capaian produksi dalam negeri yang melampaui kebutuhan nasional dan dalam rangka melindungi petani.

"Dukungan APBN, APBD, mekanisasi pertanian, skema pembiayaan, dan regulasi hulu-hilir, terus digulirkan untuk mewujudkan swasembada bawang merah berkelanjutan. Hal ini, tentu saja berimplikasi dengan maraknya pertanaman bawang merah seantero Indonesia raya," ujar Spudnik di Jakarta, Jumat (13/10).

Dalam dua tahun terakhir, kata Spudnik, banyak sentra baru bawang merah. Misalnya, di Solok Sumatera Barat, Demak Jawa Tengah, Enrekang Sulawesi Selatan, Tapin Kalimantan Tengah, Nganjuk Jawa Timur, Bima Nusa Tenggara Barat, Malaka Nusa Tenggara Timur, dan lainnya. Sehingga, sekarang tak melulu Brebes dan Cirebon, bila menyinggung bawang merah.

"Sehingga, daerah-daerah yang awalnya sangat tergantung dengan pasokan yang ada di Pulau Jawa, sedikit demi sedikit mampu mandiri bawang merah. Dan hal ini, telah membentuk suatu tatanan tata niaga yang baru, di mana jalur distribusi dari dan ke suatu daerah memiliki kecenderungan berubah," jelasnya.

Karenannya, perdagangan bawang merah kini sedang menuju titik keseimbangan baru yang ditandai dengan makin rendahnya fluktuasi dan menipisnya disparitas harga.

Mantan Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan Kementan itu, kemudian menjabarkan perbandingan produksi dan luas panen bawang merah pada 2016 yang menunjukkan terjadi lonjakan signifikan. Tahun lalu, luas panen mencapai sekitar 149,6 ribu hektare dengan produksi 1,45 juta ton. Artinya, luas tanam naik 22,5 persen dibanding 2015. Kemudian, target produksi bawang merah naik 17,7 persen pada 2017.

"Dengan jumlah produksi tersebut, dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri sekitar 1,1 juta ton per tahun atau ?kebutuhan bawang merah rata-rata per bulan sekitar 88 ribu ton," katanya.

Alhasil, terjadi stabilitas pasokan dan harga, sebagaimana pada Ramadan kemarin. Bahkan, bawang merah kembali menjadi faktor deflasi nas??ional pada Agustus 2017. Hal tersebut pun mendorong optimisme publik, bila kebutuhan dalam negeri mampu tercukupi dengan harga wajar, bahkan cenderung turun.

Perdagangan bawang merah kini sedang menuju titik keseimbangan baru yang ditandai dengan makin rendahnya fluktuasi dan menipisnya disparitas harga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News