Perempuan Boleh Jadi Pemimpin Bangsa Indonesia, Jangan Dianggap Remeh
jpnn.com, JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Siti Ruhaini Dzuhayatin mengatakan perempuan Indonesia secara historis terus berkiprah di segala bidang.
Hal ini disampaikannya dalam webinar yang diadakan Bamusi PDI Perjuangan (PDIP) berjudul “Martabat dan Perjuangan Perempuan dari Persepektif Agama, Sejarah, dan Budaya”, Senin (24/1).
Dalam acara ini turut hadir Ketua DPP PDIP yakni Ahmad Basarah, Eriko Sotarduga, Sri Rahayu, dan Mindo Sianipar.
Dia menyontohkan Megawati Soekarnoputri yang berjuang melawan otoritarianisme politik pada masa lalu dan mendorong reformasi demokrasi.
"Beliau juga menjadi presiden perempuan pertama Indonesia serta inilah yang tercatat beliau mengikis apa yang disebut ideologi ibuisme pada waktu itu. Pada saat itu kencang sekali bahwa politik itu bukan ranahnya perempuan," kata Siti secara daring.
Dia menambahkan secara organisasi, ada Muhammadiyah yang pada 2010 menetapkan Tarjih dan sudah disetujui seluruh wilayah Indonesia.
"Jadi tahun 2010 disahkan bahwa perempuan boleh menjadi presiden," Siti.
Senada, Ulama NU Nyai Badriyah Fayumi mengatakan dalam perspektif Nadhatul Ulama, sebetulnya kepemimpinan perempuan itu sesuatu yang sudah selesai.
Bangsa Indonesia dalam sejarahnya telah melahirkan banyak pemimpin-pemimpin perempuan, bahkan di era Majapahit.
- PDIP Jaring Nama Untuk Pilgub Jakarta, Ada Risma, Azwar hingga Andika Perkasa
- PDIP Menggugat KPU ke PTUN, Arief Poyuono Bakal Ajukan Gugatan Intervensi
- Airlangga Hartarto: Bagi Kami, Pak Jokowi dan Mas Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar
- Gugatan Disidangkan di PTUN, Tim Hukum PDIP Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran
- Demi Demokrasi, PDIP dan NasDem Disarankan Akur di Luar Pemerintahan
- Airlangga Membaca Peluang Kerja Sama PDIP - Prabowo, Begini Analisisnya