Perempuan Kini Lebih Berdaya, Berani Menggugat Cerai

Perempuan Kini Lebih Berdaya, Berani Menggugat Cerai
Perceraian. Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com, SAMARINDA - Perempuan muda, sebut saja Yuniar (26), memegang selembar kertas yang di bagian atasnya tertulis akta cerai. Awal Juli lalu, jadi langkah barunya. Perempuan satu anak itu resmi berpisah dengan suami yang menikahinya sejak 2014.

Bagi Yuniar, cerai adalah pilihan akhir. Ketika semua upaya telah habis. Berbicara dengan nada lembut hingga keras, jadi usaha dia dan mantan suaminya menyelesaikan konflik. Keluarga pun disertakan untuk membantu, tetapi tidak membuahkan hasil.

"Masalahnya banyak. Tetapi, lebih ke masalah ketidakcocokan kami. Puncaknya pisah rumah hampir setahun ini. Anak ikut sama saya," ungkap perempuan yang bekerja di bidang pemasaran tersebut.

Yuniar memilih berpisah. Bagi dia tidak ada yang bisa dipertahankan. Suaminya pun telah lama tak menafkahinya.

Kisah Yuniar hampir sama dengan rumah tangga lain di Samarinda yang kandas. Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Kelas I-A Samarinda Muhammad Rizal mengatakan, dalam tiga bulan terakhir setidaknya ada sekitar 80 kasus perceraian yang disebabkan oleh faktor ekonomi.

BACA JUGA: Surat Edaran Kemendikbud: Ortu Siswa Diimbau Ikut Upacara HUT ke-74 RI

"Selain itu, 89 kasus perceraian disebabkan meninggalkan salah satu pihak, seperti pergi dari rumah tanpa pamit," jelasnya.

Dia menambahkan, perceraian mayoritas diajukan perempuan yang berusia 25–35 tahun. Perempuan kini lebih berdaya. Mereka berani menggugat cerai jika pernikahan tidak lagi harmonis atau menerima kekerasan.

Mereka tidak takut lagi bakal kurang nafkah. Sebab, mereka bisa bekerja dan menafkahi diri serta anaknya sendiri.

Dalam tiga bulan terakhir, di Samarinda setidaknya ada sekitar 80 kasus perceraian yang disebabkan oleh faktor ekonomi.

Sumber Prokal.co

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News