Perjuangan Ibu Mahuni Jaga Pasar Ekspor Kerajinan Bambu, Omzet Rp 20 Juta Per Bulan

Perjuangan Ibu Mahuni Jaga Pasar Ekspor Kerajinan Bambu, Omzet Rp 20 Juta Per Bulan
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Insan Madani Bambu, Mahuni menunjukkan produk sedotan bambu di Lombok Tengah, NTB. Foto: Antara

Dia mengatakan, sebelum bermitra dengan Gumibamboo, omzet rata-rata Rp 500 ribu per bulan.

"Karena jualan masih manual belum kenal internet. Setelah bermitra, dibantu Gumibamboo, omzet naik jadi Rp15-20 juta per bulan," kata dia.

Menurut dia, untuk kebutuhan bahan baku bambu sangat berlimpah. Hal itu karena daerah itu menjadi salah satu sentra bambu terbesar di Indonesia.

Kendati demikian, kegiatan yang dilakukan Mahuni bersama kelompoknya pun terbilang masih minoritas di Pulau Lombok. kebanyakan bambu hanya digunakan untuk membantu kegiatan pertukangan dalam membangun rumah.

Jenis bambu yang dimanfaatkan dalam kerajinan ini pun cukup beragam.

"Ada bahan baku yang sedang dibudidayakan di atas lahan kemitraan hutan kemasyarakatan (HKM) di kaki Gunung Rinjani. Jenis bambu yang dibudidayakannya adalah haur geulis atau teumen," papar dia.

Jenis bambu yang satu ini biasanya digunakan untuk membuat pancing atau pun tongkat pramuka. Mahuni bersama kelompoknya memilih jenis bambu ini karena mampu menghasilkan bahan baku dalam jumlah yang cukup banyak meskipun di atas lahan terbatas.

"Jenis itu memang sangat cocok menjadi bahan baku produk andalannya, yakni sedotan," pungkas dia. (antara/jpnn)

Ibu Mahuni ketua KWT dari Desa Karang Sidemen berhasil menjaga pasar ekspor bersama dengan kelompoknya. Bahkan, dia mampu memiliki omzet Rp 20 juta per bulan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News