Perlu Sinergi Agar Industri Pertahanan Indonesia Mandiri

Perlu Sinergi Agar Industri Pertahanan Indonesia Mandiri
Suasana sarasehan. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Sebanyak 63 orang dari beragam latar belakang, yakni akademisi, industri, dan pemerintah hadir dalam Sarasehan TNI-AL yang diselengarakan Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL).

Acara itu mengangkat tajuk Penguatan Peran Perguruan Tinggi dalam Penyiapan Sumber Daya Manusia pada Riset Teknologi Alutsista guna Mendukung Kemandirian Industri Pertahanan Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Pembicaranya, antara lain, dari Mabesal, Bappenas, Badan Sarana Pertahanan, Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Dirjen Pothan), komisaris utama PT LEN, ITS, direktur utama PT PAL, Kemenristekdikti, dan direktur utama PT Pindad.

Komandan STTAL Laksma TNI Avando Bastari dalam sambutannya menyatakan pentingnya sinergisitas pemerintah, akademisi, dan industri. Dia berharap sarasehan itu bisa memberikan manfaat bagi semua pihak meski disadari bahwa solusi permasalahan tidak dapat serta-merta dirumuskan.

Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan berdoa. Setelah itu, komandan STTAL memberikan sambutan. Key statement Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Siwi Sukma Adji diwakili Komandan Kodiklatal Laskda TNI Darwanto. Setelah itu, barulah masing-masing lembaga memberikan point statement. Setelah pemaparan dari masing-masing lembaga, acara dilanjutkan dengan FGD. Peserta dibagi ke dalam tiga kelompok. Masing-masing berdiskusi dan akhirnya mencetuskan rumusan hasil sarasehan.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan ITS Prof Dr Heru Setyawan menekankan perlunya sinergisitas semua pihak untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan. Kalangan akademisi selama ini memberikan sumbangsih penelitian. Akan tetapi, mereka belum bisa memproduksi penemuan dalam jumlah banyak. "Paling banter berupa prototipe," ujarnya dalam sarasehan tersebut. Sebaiknya, saat mempunyai agenda, pemerintah menggandeng akademisi.

Dirjen Pothan Kemenhan Prof Dr Ir Bondan Tiara Sofyan MSi mengingatkan untuk tidak berharap pada scopus. Kalau hasilnya masih berupa paper, belum bisa dipublikasikan. "Jangan mengharapkan scopus! File kan rahasia dagang. Nggak bisa pamer sebelum hasilnya siap," katanya.

Semua lembaga menceritakan apa yang berhasil mereka ciptakan setahun ini. Setelah itu, mereka menawarkan apa yang bisa mereka berikan. Diceritakan juga tantangan yang dihadapi serta harapannya. (fit/c6/ano) 

Peserta dibagi ke dalam tiga kelompok. Masing-masing berdiskusi dan akhirnya mencetuskan rumusan hasil sarasehan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News