Petinggi Militer AS Khawatir Trump Salah Langkah di Syria

Petinggi Militer AS Khawatir Trump Salah Langkah di Syria
Donald Trump mengunjungi pasukan Amerika Serikat di Irak. Foto: AFP

jpnn.com, WASHINGTON - Pengumuman resmi Donald Trump terkait dengan kekalahan ISIS dijadwalkan terjadi minggu ini. Namun, optimisme Presiden AS itu tak sejalan oleh sejumlah pejabat militer. Salah satunya, Joseph Votel, komandan militer AS di Timur Tengah.

Menjelang pensiun, pemimpin Komando Tengah Tentara AS tersebut sempat memberikan pesan mengenai bahaya ISIS di Timur Tengah. "Mereka memang terpencar. Tapi, kepemimpinan dan komponen penting seperti prajurit dan fasilitator masih ada," tegas Votel dalam tur perpisahan di Timur Tengah sebagaimana dilansir CNN.

Pesannya kembali menegaskan bahwa keberadaan militer AS di Syria masih penting. Persis seperti kesaksian Direktur Intelijen Negara Dan Coats di hadapan kongres minggu lalu. Meskipun, dia mengaku bahwa kekuatan angkatan bersenjata AS memang berhasil mendesak organisasi yang dipimpin Abu Bakar Al Baghdadi tersebut.

"Tentu saya bangga dengan koalisi yang membantu Syrian Democratic Force (SDF) dalam peperangan sulit itu," ujarnya.

Saat ini koalisi gabungan AS memang sedang melakukan serangan di markas ISIS yang terakhir di Syria Timur. Menurut Jubir SDF Mustafa Bali, sudah ada 41 titik yang dipegang di Provinsi Deir-el-Zour. Minggu (10/2) kelompoknya bergerak menuju Baghouz, desa terakhir yang disandera ISIS.

Namun, Votel merasa berat hati untuk mencabut semua kekuatan di Timur Tengah. Meskipun, dia tak bisa melawan perintah Trump sebagai commander in chief militer AS. "Prosesnya mungkin akan berjalan dalam hitungan minggu. Bergantung situasi di lapangan," ungkap jenderal bintang empat itu kepada Reuters.

Pria 60 tahun itu merasa lebih legawa jika peralatan militer berat yang ditarik lebih dulu. Menurut dia, tindakan tersebut akan mengurangi pengeluaran pemerintah AS. Namun, keberadaan tentara AS tetap diperlukan untuk menekan ISIS.

Tentu saja, Trump tak peduli dengan pendapat Votel. Hingga Minggu, suami Melania Trump itu masih merasa girang bahwa tentara AS bakal mengakhiri operasi militer yang berjalan empat tahun. Sesuai dengan perkiraannya pekan lalu.

Optimisme Presiden AS Donald Trump soal kondisi di Syria tak sejalan oleh sejumlah pejabat militer. Salah satunya, Joseph Votel, komandan militer AS di Timur Tengah.

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News