Piala Dunia untuk Celeng

Oleh Dahlan Iskan

Piala Dunia untuk Celeng
Dahlan Iskan.

Saat hujan bagian yang rendah itu penuh air. Air mengisolasi bagian-bagian lain: menjadi ruang-ruang yang terpisah. Hujan musim monsoon sekarang ini menciptakan gambaran itu.

Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab: siapa yang punya inisiatif pertama. Pernahkah mereka memasuki gua di desanya itu. Mengapa tidak memperhitungkan musim monsoon. Mengapa mereka berada di titik sejauh itu: 4 km dari mulut gua. Adakah air masuk yang membuat mereka menjauh. Atau justru mereka sudah mau keluar tapi terhalang air.

Pertanyaan terpenting adalah: bagaimana perasaan mereka. Selama sembilan hari di dataran hanya seluas 10 meter persegi. Yang sekelilingnya air. Yang air itu bisa terus naik. Mempersempit dataran itu.

Bagaimana hidup dalam gelap: sembilan hari. Tanpa tahu bahwa itu sembilan hari. Tidak tahu kapan malam tiba. Tanpa tahu kapan akan ada orang tahu.

Mengapa mereka begitu optimis bahwa suatu saat nanti akan ada orang menemukan. Bagaimana mereka mengatasi basahnya badan. Dinginnya udara. Lembabnya cuaca dalam gua. Sumuknya musim monsoon.

Sabarlah. Penguasa di sana tidak bisa diduga. Musim ‘monsoon politik’ tampaknya masih akan lama.(***)


Mereka bangga dengan julukan celeng: larinya cepat, pemberani, nekat dan berlemak. Celeng berbeda dengan babi piaraan: gendut, malas dan banyak lemaknya.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News