Hikayat Achmad Sjaichu (5)

Politik Tak Lagi Menarik Minat

Politik Tak Lagi Menarik Minat
Achmad Sjaichu pidato di pesantren Al-Hamidiyah. Foto: Repro Wenri Wanhar/JPNN.com

jpnn.com - PERSIS 29 tahun lampau. 17 Juli 1988. Pesantren Al-Hamidiyah, Depok dibuka. Pendirinya K.H Achmad Sjaichu. Orang penting di panggung sejarah Indonesia.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Ny. Solchah tak bosan-bosan mendorong Achmad Sjaichu. Umpama suporter bola, sang istri menyemangati sang suami agar mendirikan pondok pesantren.

Hingga wafat pada 24 Maret 1986, Solchah senantiasa mengingatkan Sjaichu supaya mewujudkan rencana itu.

"Keinginan ada. Kemampuan ada. Bekal juga ada. Lantas apalagi yang menghalangi untuk mendirikan pesantren," suara itu terus hidup di hati Achmad Sjaichu. Menggoda.

Pada 1980, menurut cerita Sjaichu dalam biografinya, dia membeli sebidang tanah di Desa Rangkapan Jaya, Pancoran Mas, Depok yang saat itu dijual dengan harga murah.

Rencana mulai disusun. Pembangunan pesantren langsung ditangani anak-anak dan menantunya.

Fisik bangunan dirancang Muhammad Sucahyo, putera ketiga Sjaichu. Seorang Insinyur Teknik Sipil dari Universitas Trisakti.

PERSIS 29 tahun lampau. 17 Juli 1988. Pesantren Al-Hamidiyah, Depok dibuka. Pendirinya K.H Achmad Sjaichu. Orang penting di panggung sejarah Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News