Polusi Udara Mengurangi Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia  

Polusi Udara Mengurangi Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia  
Webinar 'Clean Air Crisis, What Should We Do?'. Foto tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia telah mengalami peningkatan jumlah polusi udara selama satu dekade terakhir.

Menurut data terbaru Air Quality Life Index (AQLI) sebuah lembaga nirlaba dari University of Chicago, saat ini lebih dari 93 persen dari 262 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah dengan tingkat Particulate Matter (PM) 2.5 rata-rata tahunan, yang melebihi ambang batas pedoman World Health Organization (WHO).

Direktur AQLI Kenneth Lee mengatakan tingginya angka polusi udara akan berdampak terhadap angka harapan hidup Indonesia.

Menurutnya, rata-rata orang Indonesia diperkirakan bisa kehilangan 2,5 tahun dari usia harapan hidupnya akibat polusi udara saat ini.

“Karena kualitas udara tidak memenuhi ambang batas aman sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk konsentrasi partikel halus (PM2.5),” ujar Ken dalam Webinar 'Clean Air Crisis, What Should We Do?', yang digelar Komunitas Bicara Udara bersama aplikasi Nafas Indonesia dan AQLI, Kamis (9/9).

Berdasarkan data dari Energy Policy Institute di University of Chicago (EPIC), dampak kesehatan dari polusi udara paling besar terjadi di Depok, Bandung, dan Jakarta, di mana konsentrasi polusi udara adalah yang tertinggi.

“Di DKI Jakarta, rata-rata orang diperkirakan dapat kehilangan 5,5 tahun dari usia harapan hidup jika tingkat polusi seperti 2019 bertahan sepanjang hidup mereka. Di beberapa daerah penurunan usia harapan hidup bahkan lebih besar, mencapai lebih dari enam tahun usia hidup mereka,” ucapnya.

Meski begitu, Ken menuturkan, masyarakat Indonesia kini sudah mulai menyadari ancaman polusi PM2.5 terhadap kesehatan manusia.

Tingginya angka polusi udara akan berdampak terhadap angka harapan hidup Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News