Ramadan Penuh Duka di Palestina

Ramadan Penuh Duka di Palestina
Demonstran di Ramallah, Palestina. Foto: ABC

jpnn.com, YERUSALEM - Unjuk rasa Great Return March memang diagendakan berakhir pada peringatan Nakba Day kemarin, Selasa (15/5). Namun, aksi tersebut berujung ricuh.

Peresmian kedutaan besar (kedubes) baru Amerika Serikat (AS) di Yerusalem pada Senin (14/5) memicu bentrokan maut antara demonstran Palestina dan Israel Defense Forces (IDF) di Jalur Gaza.

Pemimpin Tertinggi Palestina Mahmoud Abbas mendeklarasikan tiga hari berkabung nasional mulai kemarin. Masa berkabung itu berakhir besok (17/5). Artinya, rakyat Palestina bakal mengawali Ramadan dalam suasana duka.

’’Dengan darah dan nyawa, kami akan menebus kalian semua para martir,’’ teriak para pengunjuk rasa di Jalur Gaza sambil melambai-lambaikan bendera Palestina.

Kemarin ribuan warga Palestina mengantar jenazah para korban bentrokan maut Great Return March ke tempat peristirahatan terakhir mereka.

Diiringi isak tangis kerabat dan keluarga, sekitar 58 jasad masuk liang lahad. Kematian 58 warga Palestina, termasuk bayi 9 bulan bernama Layla Ghaben, menjadikan peringatan ke-70 Nakba Day kemarin sebagai hari paling mematikan bagi Palestina.

Kemarin Yerusalem Timur sepi. Sebagian besar toko di kawasan yang diklaim Palestina sebagai ibu kota masa depannya itu tutup. Keheningan juga tercipta di permukiman warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat kemarin.

’’Sirene berbunyi sangat nyaring. Selama 70 detik, kami menundukkan kepala untuk mengenang Nakba Day,’’ kata seorang pengunjuk rasa asal Tepi Barat. (hep/c14/dos)


Unjuk rasa Great Return March warga Palestina diagendakan berakhir pada peringatan Nakba Day kemarin, Selasa (15/5). Namun, aksi tersebut berujung ricuh.


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News