Ramai Gejayan Memanggil, PDIP Minta Pengkritik Omnibus Law Utamakan Dialog

Ramai Gejayan Memanggil, PDIP Minta Pengkritik Omnibus Law Utamakan Dialog
Seruan aksi damai Gejayan Memanggil. Foto: Twitter @didik_ramadhan

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memastikan pihaknya dan pemerintah membuka diri dengan cara berdialog terhadap semua pihak yang berkepentingan dengan omnibus law RUU Cipta Kerja (RUU Cika). Menurut Hasto, sebagai parpol pengusung pemerintahan, tentunya ikut memberikan dukungan atas RUU itu.

Hasto menilai substansi RUU itu sebenarnya memberikan jalan terwujudnya penghidupan yang layak bagi masyarakat. Kehidupan yang layak itu, kata dia, merupakan tanggung jawab negara sebagaimana diatur di dalam Konstitusi. Namun, dia menyadari sepenuhnya oleh PDIP bahwa ada berbagai aspirasi menyangkut substansi RUU itu.

"Maka kami mendengar, partai membuka diri terhadap dialog. Karena banyak yang sebenarnya menerima informasi tidak tepat atas RUU Cika tersebut sehingga ada kepentingan-kepentingan politik yang menunggangi pembahasan omnibus law ini," kata Hasto usai menerima jajaran Partai Buruh Australia yang berkunjung di Kantor DPP PDI, Jakarta Pusat, Senin (9/3).

Apalagi, lanjut Hasto, PDIP juga memiliki konstituen dari kalangan buruh sehingga wajib bagi pihaknya untuk menaruh perhatian.

"Kami akan memastikan jangan sampai kepentingan tenaga kerja kita dikorbankan karena hal tersebut. Tetapi kami menyakini komitmen Presiden Jokowi, karena beliau sebagai pemimpin rakyat yang muncul dari bawah, orientasi Pak Jokowi berbeda dengan yang lain dalam menjalankan perintah Konstitusi itu," ujarnya.

Ketika ditanya soal adanya rencana aksi massa seperti 'Gejayan Memanggil', Hasto menegaskan lagi bahwa ada komitmen dialog dari PDIP. Termasuk dengan berbagai konfederasi buruh. PDIP bahkan akan membentuk tim khusus yang menangani isu RUU ini termasuk menyerap aspirasi yang ada.

Hasto menerangkan, kepemimpinan Jokowi adalah kepemimpinan yang aspiratif, mendahulukan dialog. Sehingga hal ini seharusnya menjadi landasan bagi semua pihak jika ingin bersama-sama menciptakan disain penciptaan lapangan kerja sebagai perintah Konstitusi.

"Maka terkait perbedaan tafsir, harus didialogkan bersama-sama. Toh RUU ini belum final. Beberapa perubahan masih terjadi. Maka dengan dialog itulah kami akan memasukkan apa yang menjadi concern masyarakat," kata Hasto. (tan/jpnn)

Hasto menilai substansi RUU itu sebenarnya memberikan jalan terwujudnya penghidupan yang layak bagi masyarakat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News