Rendahnya Penerimaan Negara Jadi Peringatan untuk Presiden Jokowi dan Tim Ekonomi
jpnn.com, JAKARTA - Rendahnya realisasi negara jelang akhir tahun 2019 menunjukkan kinerja tim ekonomi di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum mampu bekerja dengan baik. Pasar pun masih harap-harap cemas menunggu perubahan dari Pemerintah.
Menurut Pengamat Ekonomi INDEF, Andri Satrio Nugoroho, ada sejumlah penyebab belum tercapainya target penerimaan negara tersebut.
Pertama, adanya pelemahan daya beli yang bisa dilihat dari rendahnya realisasi pendapatan pajak PPN Dalam Negeri yang turun 2,4 pernse (Januari-Oktober) atau lebih dibandingkan periode sama di tahun lalu.
"PPn dalam negeri ini merupakan kontributor terbesar terhadap penerimaan pajak," kata Andri.
Kedua, adanya pelemahan industri domestik yang terlihat dari PPh badan yang turun sebesar 0,7%.
Lebih detil, sektor dengan kontribusi penerimaan pajak terbesar yaitu industri pengolahan turun sebesar 3,5%. Sektor yang mendukungnya seperti perdagangan juga tumbuh rendah sebesar 2,5%.
"Secara makro, kombinasi rendahnya daya beli domestik dan melemahnya industri dalam negeri mampu menurunkan penerimaan pendapatan dari pajak secara signifikan," kata dia.
Lebih lanjut, Andri menyebut inflasi yang rendah saat ini masih belum meningkatkan daya beli masyarakat. Ini terlihat dari upah riil yang masih stagnan.
Ada sejumlah poin penyebab belum tercapainya target penerimaan negara di era Presiden Jokowi bersama tim ekonominya.
- Suara Golkar Moncer, Startegi Airlangga di Pemilu 2024 Tuai Pujian
- Suara Golkar Melonjak, Airlangga Ketum Parpol Terbaik
- Golkar Sukses di Pemilu 2024, Airlangga Hartarto Sangat Pantas Kembali jadi Ketua Umum
- Airlangga Hartarto Dinilai Berpeluang Memimpin Koalisi Besar
- Begini Respons Jokowi Terhadap Desain Baru Jersey Timnas
- Golkar Berperan Besar Menangkan Prabowo-Gibran