Resesi Global Mengancam, Pemerintah Harus Bersikap Serius

Resesi Global Mengancam, Pemerintah Harus Bersikap Serius
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menegaskan pemerintah Indonesia harus bersikap serius menghadapi ancaman resesi global. Foto Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menegaskan pemerintah Indonesia harus bersikap serius menghadapi ancaman resesi global.

Sebab, tidak ada satupun negara yang aman dari resesi, bahkan probabilitas terjadinya resesi masih berpotensi meskipun sekarang angkanya kecil.

Menurut Bhima, Indonesia masuk ke dalam negara dengan probabilitas terjadi resesi meskipun baru tiga persen. Menurut data Bloomberg jauh lebih baik dibandingkan China, Jepang, dan Thailand.

Untuk itu, Bhima menyarankan beberapa indikator dan langkah yang harus dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya resesi.

Indonesia harus optimistis karena pertumbuhan ekonomi terbilang cukup baik pada kuartal ke II 2022, yakni sebesar 5,44 persen secara year on year (yoy).

"Indonesia perlu mengejar ketertinggalan karena pesaing di wilayah Asean seperti Vietnam dan Filipina masing-masing mencatatkan pertumbuhan 7,7 persen dan 7,4 persen pada kuartal yang sama," ujar Bhima kepada JPNN, Senin (17/10).

Artinya, ketika terjadi resesi ekonomi, pelaku usaha termasuk sektor manufaktur akan mencari lokasi basis produksi di negara yang mampu memberikan pertumbuhan tinggi.

"Cadangan devisa Indonesia sampai September 2022 sebesar USD 130,8 miliar masih relatif tinggi meskipun ada koreksi. Dibandingkan dengan PDB maka rasio cadangan devisa sebesar 8,4 persen perlu didorong agar kemampuan dalam intervensi stabilitas kurs rupiah makin baik," kata Bhima.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menegaskan pemerintah Indonesia harus bersikap serius menghadapi ancaman resesi global.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News