Ritual Adat Suku Badui, Ungkap Peringatan dari Leluhur

Ritual Adat Suku Badui, Ungkap Peringatan dari Leluhur
Suku Badui bersiap mandi di sungai Cibanten sebagai rangkaian festival Seba Baduy, Serang, Banten, Sabtu (21/4/2018). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

jpnn.com - Suku Badui Dalam terus berupaya menjaga tradisi warisan nenek moyang. Salah satunya ritual Seba yang khusus untuk kaum lelaki. Menjaga tradisi dengan pelibatan anak-anak muda Badui.

JUNEKA SUBAIHUL MUFID, Serang

Tak tergurat keletihan pada wajah Ayah Karmain. Lelaki suku Badui Dalam itu sedang duduk di Gedung Olahraga (GOR) Maulana Yusuf, Serang, Banten, Sabtu (21/4). Sesekali dia mengipas-ngipaskan tangan untuk mengusir gerah di gedung yang terasa panas itu.

Dua kotak berisi nasi dan snack di sampingnya siap untuk santap siang. ”Baru sampai jam 10.30 tadi. Setengah jam lalu,” kata pria yang tinggal di kampung Cibeo, Badui Dalam.

Dia bersama 46 warga suku Badui Dalam baru saja berjalan kaki dari Pendapa Kabupaten Lebak menuju GOR di alun-alun sebelah timur Serang, Banten, itu. Jaraknya sekitar 33,7 kilometer. Bila ditempuh jalan kaki tanpa berhenti, perjalanan makan waktu sekitar 7 jam.

Di dalam dan luar GOR itu ribuan masyarakat Badui Luar juga sudah tiba. Bedanya, mereka naik kendaraan. ”Berhentinya tidak bisa lama-lama. Karena harus menyesuaikan rangkaian Seba Badui. Beda kalau pergi sendiri,” kata pria yang punya nama lahir Sarta itu.

Bersama kelompok tersebut juga ada anak-anak muda yang berumur belasan. Wajah mereka tak memperlihatkan lelah. Tidak ada yang mengeluh capek atau pegal-pegal. Mereka cenderung diam.

”Biasa. Tidak capek. Lumayan panas kaki,” ujar Haja, 11, yang baru pertama ikut Seba Badui. Dia terlihat malu-malu menjawab pertanyaan Jawa Pos.

Suku Badui Dalam tetap menjaga tradisi warisan leluhur, salah satunya ritual Seba khusus untuk kaum laki-laki.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News