Rusia Mengancam, Ukraina Darurat Militer

Rusia Mengancam, Ukraina Darurat Militer
Tentara Ukraina. Foto: Reuters

jpnn.com, KIEV - Ketegangan Rusia dan Ukraina meningkat seiring disetujuinya penerapan status darurat militer oleh parlemen Ukraina Senin (26/11). Hari ini, Rabu (28/11) mulai pukul 09.00 waktu setempat, status darurat militer berlaku di Ukraina.

Presiden Petro Poroshenko menyebut peningkatan status itu sebagai upaya bela diri. Sebaliknya, Kremlin menganggap hal tersebut sebagai pemicu konflik lebih serius.

''Dalam situasi darurat militer, negara bisa merespons invasi dengan lebih cepat,'' tegas Poroshenko di hadapan parlemen Senin lalu. Selain itu, dalam situasi darurat militer, Ukraina bisa secepatnya memobilisasi segala sumber daya yang dibutuhkan untuk membela negara.

Senin itu status darurat militer yang digagas Poroshenko mendapatkan dukungan dari 276 anggota parlemen. Tapi, mereka menghendaki rentang waktunya diperpendek. Dari 60 hari yang Poroshenko usulkan, menjadi 30 hari.

Itu merupakan status darurat militer pertama yang diterapkan Ukraina pasca berkonflik dengan Rusia pada 2014. Poroshenko merumuskan status darurat militer di Ukraina setelah Rusia menyergap tiga kapal milik Angkatan Laut (AL).

Tiga armada itu terdiri atas satu kapal penarik dan dua kapal perang. Minggu (25/11) kapal-kapal tersebut berlayar dari Odessa menuju Mariupol. Rute satu-satunya adalah melewati Laut Hitam, Selat Kerch, dan Laut Azov.

Versi Ukraina, mereka sudah memberi tahu Rusia bahwa tiga kapalnya akan lewat. Tapi, versi Rusia, tidak ada pemberitahuan itu.

Maka, saat tiga kapal tersebut melintas, Rusia menganggap armada-armada AL Ukraina itu melanggar batas wilayah teritorial. Selat Kerch adalah celah sempit antara Crimea dan Rusia. Kremlin mencaplok Crimea dari Ukraina 2014 lalu.

Ketegangan Rusia dan Ukraina meningkat seiring disetujuinya penerapan status darurat militer oleh parlemen Ukraina Senin (26/11)

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News