Sakun Sudah 25 Kali Melarung Sesaji ke Tengah Telaga
‘’Kalau nggak salah tahun 1992. Saat ada pembagian tugas, saya kebagian yang mendorong sesaji ke tengah telaga,’’ kata Sakun mengawali cerita.
Memang tidak salah jika dia dipilih untuk tugas itu. Sebab, laki-laki yang kini sudah berusia 54 tahun ini memang sejak kecil sudah terbiasa mandi di telaga.
Saat itu mulai banyak yang tahu kemampuannya menyelam dan berenang di telaga. Dari situ Sakun sering dimintai bantuan terutama setiap ada peristiwa bencana misalnya orang tenggelam.
Saking seringnya, Sakun mengaku sampai diikutkan pendidikan satgas bencana alam dari Dinsos Ponorogo kala itu.
Kebetulan pada 1992 silam, Kecamatan Ngebel bersama masyarakat berencana mengadakan ritual larungan ke telaga. Setiap 1 Suro. Lalu oleh Camat Ngebel waktu itu, Sakun diminta membantunya.
Dia ditugaskan sebagai perenang mendorong gunungan ke tengah telaga. Jika dihitung hingga sekarang sudah 25 kali melarung sesaji ke tengah telaga.
‘’Sekilas memang mudah. Tapi risikonya besar. Apalagi dilakukan saat tengah malam,’’ tegasnya sembari menyebut salah satu risikonya kaki bisa kram di tengah telaga.
Dalam menjalankan tugasnya, Sakun tidak mendapat bayaran. Tapi, dia diminta untuk mengajukan anggaran kebutuhan. Jika ada sisa, dia bisa mendapat penghasilan.
Sakun adalah sosok penting dalam prosesi larung sesaji yang digelar rutin setiap Suro di Telaga Ngebel.
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri