Sekolah Perbatasan Kekurangan Guru Mapel Bahasa Indonesia

Sekolah Perbatasan Kekurangan Guru Mapel Bahasa Indonesia
Kepsek SMPN 1 Nunukan Husin Manu. Foto: Mesya Mohammad/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sekolah-sekolah di wilayah perbatasan ternyata banyak yang kekurangan guru bahasa Indonesia.

Hal ini dikhawatirkan bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan negara karena anak didik akan lebih menguasai bahasa negara tetangganya.

Seperti yang terjadi di Tarakan dan Nunukan. Dua wilayah perbatasan dengan Malaysia ini mengalami kekurangan tenaga pendidik untuk beberapa jenis mata pelajaran (mapel). Yaitu bahasa Indonesia, seni budaya, dan IPS.

Ketiga mapel ini sangat penting untuk anak didik di wilayah perbatasan karena berkaitan dengan identitas bangsa.

"Kami kekurangan guru bahasa Indonesia. Kalau Matematika malah relatif aman. Padahal bahasa Indonesia sangat penting untuk anak didik kami," ujar Kepsek SMPN 2 Tarakan Firny Napasti saat menerima tim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta media.

Ditambahkan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Hasto Budi Santoso, selain bahasa Indonesia, mapel seni budaya dan IPS juga butuh perhatian serius. Mengingat jumlah tenaga pendidiknya terbatas.

"Anak-anak di wilayah perbatasan harus diperkuat rasa kebangsaannya. Kalau guru bahasa Indonesia dan seni budayanya tidak terpenuhi, dikhawatirkan mereka lebih menguasai bahasa serta budaya Malaysia," tuturnya.

Kekhawatiran juga diungkapkan Kepsek SMPN 1 Nunukan Husin Manu. Di wilayah Nunukan, masih butuh banyak tenaga pendidik. Kalau ini tidak dipenuhi akan mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

Anak-anak di Nunukan banyak yang mengadopsi bahasa Melayu Malaysia dibanding Bahasa Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News