Sepekan Kekerasan di Rakhine: 399 Tewas, 38 Ribu Mengungsi

Sepekan Kekerasan di Rakhine: 399 Tewas, 38 Ribu Mengungsi
Pengungsi Rohingya tiba di Bangladesh. Foto: Reuters

jpnn.com, YANGON - Sepekan berlalu sejak Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) menyerang 30 pos polisi yang tersebar di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Serangan itu membuat militer Myanmar melancarkan operasi di kantong-kantong populasi etnis Rohingya.

Dengan dalih mencari anggota kelompok militan, tentara Myanmar membakar rumah dan membunuh orang Rohingya. Versi pemerintah, jumlah korban tewas nyaris menyentuh angka 400 orang. Plus, 38 ribu orang lainnya melarikan diri.

Tentu saja, jumlah tersebut hanyalah hitungan di atas kertas. Praktisi HAM yakin kenyataannya jauh di atas itu. Mereka menuding pemerintah Myanmar tengah melakukan genosida alias pembunuhan masal terhadap etnis tertentu.

Rohingya memang tidak pernah diterima di Myanmar. Mereka berkali-kali menjadi sasaran represi militer. Bahkan, UU Kewarganegaraan Myanmar yang disahkan pada 1982 dengan jelas tidak mengakui Rohingya.

’’Militer menyuruh kami masuk rumah. Jika kami menurut, mereka akan membakar rumah kami, menembaki kami, atau membunuh kami. Orang muslim tidak memiliki hak apa pun,’’ ujar Nobin Shauna, salah satu etnis Rohingya yang lari ke Bangladesh.

Aksi serupa pernah mereka alami pada Oktober tahun lalu. Menurut pemerintah Myanmar, 102 korban tewas dan 70 ribu orang lainnya menyelamatkan diri ke negara lain terdekat, Bangladesh.

Hingga Kamis (31/8), militer mengklaim telah menewaskan 370 anggota Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA). Lalu, ada dua pejabat pemerintah, 13 pasukan keamanan, dan 14 warga sipil yang menjadi korban.

Militer mengabaikan korban yang tewas karena menyeberangi derasnya arus Sungai Naf atau Teluk Benggala saat melarikan diri. Dalam tiga hari terakhir, 46 etnis Rohingya tewas ketika dua kapal yang mereka tumpangi terbalik di Sungai Naf.

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News