Setelah Sontoloyo, Jokowi Punya Istilah Politik Genderuwo

Setelah Sontoloyo, Jokowi Punya Istilah Politik Genderuwo
Pak Jokowi. Foto: Instagram jokowi

jpnn.com, TEGAL - Presiden Joko Widodo memunculkan istilah politik genderuwo saat memberikan pernyataan dalam kunjungan kerjanya ke Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11).

Istilah itu keluar dari mulut Jokowi saat menyampaikan harapan dan pandangannya terkait pesta demokrasi di Tanah Air.

Jokowi berharap bahwa politik dan pesta demokrasi bangsa hendaknya disambut dan dihinggapi rasa gembira oleh masyarakat. Dengan kegembiraan itu, rakyat bisa memberikan suaranya secara jernih dan rasional bagi pemimpin yang dirasa tepat memimpin Indonesia.

Kegembiraan demokrasi ini tentu hanya bisa dicapai dengan cara-cara yang sesuai dengan kesantunan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

"Kita harus mengarahkan kematangan dan kedewasaan berpolitik dengan cara-cara seperti itu (santun). Oleh sebab itu, sering saya sampaikan, hijrah dari ujaran kebencian kepada ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme kepada optimisme, hijrah dari kegaduhan ke kerukunan dan persatuan," ujar Jokowi.

Pernyataan itu disampaikan Jokowi selepas meresmikan jalan tol Pejagan-Pemalang dan Pemalang-Batang di Kabupaten Tegal. Dalam acara beberapa jam sebelumnya di Gelanggang Olahraga Tri Sanja, dia sempat menyinggung soal kesantunan yang dirasa menghilang dari sejumlah perilaku berpolitik.

Dia melihat bahwa sekarang ini banyak politikus yang pandai memengaruhi masyarakat. Namun dia sangat menyayangkan para pelaku politik cenderung tidak memandang etika berpolitik dan keberadaban.

"Coba lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan dan kekhawatiran. Setelah takut, yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat memang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga, masyarakat akan menjadi ragu-ragu," ucapnya.

Jokowi memunculkan istilah politik genderuwo untuk menggambarkan politik yang menakut-nakuti.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News