Siswa Belajar di Bawah Tenda Darurat

Korban Gempa Jawa Belum Terselesaikan, Sudah Menyusul Sumbar

Siswa Belajar di Bawah Tenda Darurat
Siswa SDN Sukalaksana I Kampung Panyindangan Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung belajar di tenda darurat pada hari pertama masuk sekolah pasca libur lebaran, kemarin (30/9). Sekolah tersebut rusak berat terkena gempa awal September lalu.FOTO: RACHMAN/RADAR BANDUNG
BANDUNG- Nasib para siswa korban Gempa di Desa Mekarsari Bandung belum juga tertangani secara maksimal.Kini bencana yang tidak kalah dahsyat kembali mengguncang di Sumatera Barat. Akankah bencana demi bencana akan terus mendera negeri kita? Semua orang tentu berharap tidak. Yang sudah pasti, anak-anak korban gempa di Pengalengan Bandung kini masih menanggung kepedihan. Mereka belum bisa masuk sekolah secara wajar. Melainkan masih harus belajar di bawah tenda-tenda pengungsian.

Ratusan siswa mulai berbaris didepan tenda itu, wajah mereka tetap riang, bahkan terlihat sesekali bercengkrama dengan teman disebelahnya dan ditegur ibu guru yang sudah sejak pukul06.00 menunggu kedatangan mereka. Istimewa memang hari itu, karena itu adalah hari pertama mereka sekolah setelah awal September lalu kampung mereka luluh lantah karena gempa berkekuatan 7,3 SK.Tak ada sedikitpun terpancar trauma di wajah-wajah polos mereka, siswa SDN Gambung dan SDN Cisondari II tersebut tetap bersemangat untuk bertemu temannya meski hari itu pertemuan mereka bukan di kelas.

 “Kelas kami semua hancur, jadi hari ini dan mungkin untuk beberapa bulan kedepan siswa harus belajar di tenda ini,” ujar Kepala Sekolah SD Gambung, Imas Rohani, yang ditemui saat melaksanakan tugasnya, kemarin. Ia mengaku untuk menampung sekitar 260 siswa di sekolahnya, seharusnya ada sekitar enam tenda, namun ternyata apa daya tenda pleton yang tersedia hanya tujuh buah, itu pun harus berbagai dengan SD tetangganya SD Cisondari II yang juga habis terkena gempa.

 Alih-alih satu tenda harus dibagi menjadi dua kelas, “Untuk siswa kelas I dan II mereka dalam satu tenda, sementara yang lain khususnya kelas enam satu tenda, sehingga mereka bisa lebih konsentrasi,” ujar Imas menambahkan. Akibatnya guru pun harus bergantian mengajar, dan siswapun harus ekstra mendengarkan bahkan ekstranya lagi mereka bisa belajar sambil selonjor, meskipun harus membungkuk untuk menulis.”Jadi kami gentian, kalau ibu Titi mengajar, saya diam, kalau ibu Titi diam saya baru menerangkan,” ujar Ejet, guru SD kelas I SD Gambung.

BANDUNG- Nasib para siswa korban Gempa di Desa Mekarsari Bandung belum juga tertangani secara maksimal.Kini bencana yang tidak kalah dahsyat kembali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News