Sudah Puluhan Kantong Jenazah Dibuka, Mencari Dua Anaknya

Sudah Puluhan Kantong Jenazah Dibuka, Mencari Dua Anaknya
Warga korban gempa dan tsunami di Sulteng mencari sisa-sisa bantuan logistik yang tercecer. Foto: RURY JAMIANTO/RADAR TARAKAN

jpnn.com - Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, diterjang likuifaksi. Sudah dua pekan kejadian itu berlalu. Masih banyak warga belum ditemukan. Hilang

-----

SEPANJANG mata memandang, hanya reruntuhan bangunan amblas ditelan bumi. Rumah-rumah seperti tabrakan beruntun, saling menghimpit, porak poranda. Jalan beraspal sudah tak berbentuk lagi.

Pohon-pohon sudah bergeser dari tempatnya. Bau jenazah kian menyengat tak bisa dipastikan asalnya dari reruntuhan yang mana, karena baunya menyerbak.

Seorang pria dengan pakaian lusuhnya, berjalan di antara puing-puing bangunan yang tenggelam ke dalam tanah. Wajahnya menyiratkan duka yang mendalam. Rumah yang ditumpanginya telah perpindah posisi dari asalnya, bahkan ia sendiri tak tahu ke mana pergi rumah itu lantaran terbawa tanah yang bergerak.

Dialah Kahar, pria berusia 34 tahun yang menjajal setiap sudut reruntuhan rumah demi mencari kedua buah hatinya yang hilang saat tragedi likuefaksi di Balaroa. Fenomena seperti itu tak pernah terbayangkan olehnya. Baginya, ini seperti cerita film yang menjadi kenyataan.

“Sudah beberapa hari ini saya terus mencari anak-anak saya. Tanpa mereka seketika hidup saya hampa. Mereka tersiksa tanpa ada saya di samping mereka,” ucap Kahar yang terus memikirkan kedua buah hatinya itu.

Kepada Radar Tarakan (Jawa Pos Group), Kahar menceritakan bagaimana ia menyaksikan sendiri tanah yang tadinya keras kemudian bergerak dan tiba-tiba bergelombang seperti air. Bahkan tanah itu ia lihat terbelah menjadi dua bagian, seakan dunia telah benar-benar kiamat.

Akibat likuifaksi yang menyertai gempa dan tsunami di Sulteng beberapa waktu lalu, banyak warga yang hingga kini belum ditemukan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News