Tantangan Implementasi Ada di Depan Mata

Tantangan Implementasi Ada di Depan Mata
Tantangan Implementasi Ada di Depan Mata
PENGHARGAAN oleh lembaga prestisius di AS, Asia Society yang disampaikan pada 8 November di San Francisco itu rupanya memperoleh respons positif. Terutama pelaku ekonomi, pengamat kebijakan ekonomi dan stakeholder di bidang ekonomi nasional. Sofyan Wanandi, Ketua Umum Asosisasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Aviliani, Pengamat Ekonomi UI mengapresiasi prestasi itu.

jpnn.com - SOFYAN WANANDI, Ketua Umum Asosisasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebut, Asia Society adalah institusi yang sangat bergengsi dan punya reputasi di Amerika Serikat. Lembaga nirlaba ini konsen terhadap perkembangan kawasan Asia Pasific.

Karena itu dia cukup bangga ketika Menko Perekonomian RI, Hatta Rajasa mendapat penghargaan dari lembaga tersebut. Pengusaha senior ini menilai, penghargaan itu berkaitan erat dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Asia Society menilai rencana induk ini sebagai sebuah rencana pembangunan ekonomi yang baik.

”Kita sebagai bangsa Indonesia harus mengapresiasi penghargaan ini. Dan harus diakui, Pak Hatta adalah konseptor MP3EI tersebut,” ujar Sofyan Wanandi. Hanya saja Sofyan yang dikenal ceplas ceplos itu tetap mengingatkan, justru dengan penghargaan ini, kinerja ekonomi harus lebih terlecut. Ini baru satu step, yakni kepercayaan. Masih ada banyak step lagi, di tingkat implementasi program MP3EI yang cepat dan tepat.

“Pengakuan internasional terhadap penghargaan itu harus ditindak lanjuti dengan maksimal. Dan, jika itu berhasil dijalankan dengan optimal, maka Pak Hatta akan lebih diakui Amerika Serikat,” ungkap pengusaha berkacamata yang tinggal di Menteng ini.

”Sebaliknya, penghargaan ini kurang bermakna kalau MP3EI tidak berhasil mengembangkan ekonomi dengan 6 koridor tersebut. Di sinilah tantangan yang harus dihadapi Hatta Rajasa. Penghargaan itu hanyalah pintu masuk. Selanjutnya tetap tergantung pada kinerja bidang perekonomian yang penuh tantangan itu,” jelas Sofyan Wanandi.

Menurut pelaku usaha ini, program MP3EI sejauh ini sudah berjalan sesuai rencana yang digariskan. Hanya saja jalannya masih lambat, tidak secepat yang diharapkan. Di era demokrasi dan otonomi daerah, rencana besar ini menghadapi banyak persoalan di lapangan. Kelambatan itu terutama terlihat dalam pembangunan infrastruktur. Misalnya soal pembebasan lahan yang banyak menghadapi hambatan. Selain itu, lanjut dia, perizinan juga masih memerlukan proses yang memakan waktu lama. Itu akibat birokrasi yang berbelit.

”Masih perlu terobosan, dan Menko Perekonomian diharapkan menjadi pendorong terobosan itu,” kata Sofyan Wanandi. Hal senada disampaikan Aviliani, Pengamat Ekonomi UI. Menurut perempuan cantik ini, MP3EI adalah kebijakan terobosan yang dikomandoi Hatta Rajasa. Karena itu, pria berambut perak tersebut dinilai layak menerima penghargaan Public Policy Award dari Asia Society di AS.

”MP3EI merupakan sesuatu yang beru, sebuah terobosan di tengah kebuntuan akibat lambatnya pembangunan ekonomi nasional. Keinginan akan percepatan ekonomi namun dengan kelambanan penyediaan infrastruktur tentu berat. Nah, MP3EI ini jawabannya,” ujar Aviliani. Dengan MP3EI, lanjut pengamat berkacamata ini, Indonesia tetap bisa melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan peluang para investor menanamkan investasinya di seluruh kawasan Indonesia. Terlebih, dalam kondisi krisis global saat ini, MP3EI ibarat jawaban atas penyakit ketidakseimbangan global yang membuat dunia dalam kondisi kritis. (dri/bersambung)


PENGHARGAAN oleh lembaga prestisius di AS, Asia Society yang disampaikan pada 8 November di San Francisco itu rupanya memperoleh respons positif.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News