TERLALU! Pengusaha Katering Super-Perhitungan, Keluarga pun Harus Bayar Kalau Makan

TERLALU! Pengusaha Katering Super-Perhitungan, Keluarga pun Harus Bayar Kalau Makan
Ilustrasi: radar surabaya

“Untuk makan pegawai saja, saya hitung. Kalau memang tidak pas, saya mending kasih uang ke pegawai untuk beli makanan di luar. Saya memang melarang pegawai makan menu yang kita buat,” jelasnya.

Namun celakanya, ternyata perhitungan itu tidak berlaku bagi para pegawainya. Sephia juga memberlakukan kepada suaminya sebut Donwori, 50, dan kedua anaknya sebut Mira, 20 dan Dimas, 12. Ketika ada pesanan, Sephia melarang Donwori, Mira dan Dimas untuk mencicipi menu masakannya. 

Bahkan, Sephia juga memberlakukan sistem katering untuk suami dan anak-anaknya. Dimana setiap hari, suami harus membayar makanan yang dia makan dan kedua anaknya. Padahal meski Sephia sudah punya penghasilan, Donwori yang bekerja sebagai PNS tetap memberikan jatah belanja bulanan kepadanya. 

“Kalau saya makan menu sama dengan pesanan orang, saya harus ngasih dia Rp 50 ribu sehari untuk makan bertiga (Donwori, Mira dan Dimas, Red),” jelasnya.

Karena aturan ini, Donwori mengaku kesal dengan sikap Sephia yang terlalu perhitungan dengan dia dan anak-anaknya. “Jika saya tidak mau bayar, saya harus masak sendiri. Padahal mana sempat saya masak sendiri karena sudah kerja dari pagi sampai sore. Apalagi makanan istri bikin kita ketagihan,” jelasnya. 

Karena sudah tidak sanggup lagi, Donwori sampai mengajak kedua anaknya untuk pindah ke rumah kos. Sayangnya, sikap Sephia makin merajalela. 

“Saya tetap dikirimi makan, tapi kalau menunya milih, istri minta Rp 2 juta sebulan,” pungkas Donwori yang akhirnya tidak kuat dan memilih menalak cerai Sephia setelah kedua anaknya memberikan persetujuan. (*/jay)


SETIAP pengusaha yang sukses pasti menerapkan prinsip kehati-hatian dan perhitungan yang ketat. Namun, jangan seperti pengusaha katering asal Kertajaya,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News