TGB di Ambang Dilema Antara Poltikus dan Ulama

TGB di Ambang Dilema Antara Poltikus dan Ulama
Fadlin Guru Don. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com - Oleh: Fadlin Guru Don
Akademisi Universitas Mercu Buana dan Direktur Strategi dan Analisis Data Lembaga Analisis Politik Indonesia

Nama K.H. Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB), akhir-akhir ini sedang naik daun lantaran pernyataan vulgarnya memberikan dukungan kepada Presiden Joko Widodo untuk memimpin Indonesia sampai dua periode.

Sikap TGB yang mengguncang jagat raya itu, bak artis dangdut Ayu Ting-Ting yang tiba-tiba dadakan terkenal oleh tembang lagu hitznya “Alamat Palsu” atau semacam Siti Badriah yang sudah lama tenggelam di dunia entertainment, namun kembali tenar dengan lagu “Aku Lagi Syantik" yang baru-baru ini sangat meghebohkan dunia maya.

Di tengah namanya pernah masuk dalam daftar Capres-Cawapres, sepertinya selama ini Tuan Guru Bajang kehilangan panggung untuk promosi diri, walaupun ia intens promosi lewat media sosial. Rasanya belum sempurna jika Media Mainstream tidak menyorotinya.

Sebelum pernyataannya yang penuh kontroversial itu, hampir semua televisi nyaris tidak pernah meliput TGB, walaupun sebelumnya ia pernah ditayang karena prestasinya memimpin NTB.

Entah dia sengaja dibuat tenggelam oleh lawannya ataukah memang TGB adalah sosok hiburan saja? Tetapi, faktanya setelah ia memberikan pernyataan sikap untuk mendukung Jokowi, namanya melambung tinggi. Hampir semua stasiun televisi mengundang secara spesial Tuan Guru Bajang untuk memberikan keterangan terkait pernyataannya itu.

Berkat ucapan yang fenomenal itu, TGB harus mendapat beragam komentar dan tanggapan hingga dalam bentuk hinaan dan cacian. Berbanding terbalik dengan persespsi awal publik yang menganggap dia adalah tokoh yang berpendidikan dan seorang ulama Hafidz Quran, sehingga dia dikatakan sebagai figur yang sangat ideal untuk memimpin Indonesia.

Sebagai pemain baru dikancah nasional yang berasal dari luar Pulau Jawa, TGB cukup dibilang hebat. Popularitasnya meningkat pesat seperti disulap, hingga menembus ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Akademisi Universitas Mercu Buana, Fadlin Guru Don menilai posisi Tuan Guru Bajang antara seorang Politikus dan Ulama sulit dibedakan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News